RETORIKA DA'WAH

On Selasa, 23 November 2010 0 komentar

RETORIKA DAKWAH
Oleh : Mustanan

A. Pendahuluan
Dakwah yang secara terminology adalah menyeruh manusia ke jalan Allah dengan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk merubah sasaran dakwah agar bersediah masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami. Proses yang berkesinambungan adalah adalah proses yang bukan insidental atau kebetulan melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dakwah harus tampil secara actual, factual dan kontekstual. Actual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Factual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu dalam menjalankan aktivitas dakwah perlu dirancang dengan sebuah metode yang jitu.
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kenyataan bahwa tata cara memberikan sesuatu lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu sendiri. Semangkok kopi pahit dan sepotong ubi goreng yang disajikan dengan cara sopan, ramah dan tanpa sikap yang dibuat-buat akan terasah lebih enak disantap daripada seporsi makanan lezat, mewah dan mahal harganya, tetapi disajikan dengan cara kurang ajar tidak sopan dan menyakitkan hati orang yang menerimanya. Gambaran tersebut di atas memberi arti bahwa cara atau metode lebih penting dari materi atau dalam syair arab dikatan : الطّريقة احم من المدة . ungkapan tersebut sangat relevan dengan kegiatan dakwah. Tanpa ketepatan metode, keakuratan cara, kegiatan dakwah akan terjerumus kedalam upaya “arang habis, besi binasa”. Kegiatan dakwah tidak akan berputar dalam pemecahan problema tanpa solusi dan tidak jelas ujung pangkal penyelesainnya.
Salah satu metode yang dapat memudahkan objek dakwah (mad’u) menerima atau gagasan serta argumentasi yang kita keluarkan adalah “Retorika”. Retorika adalah gaya atau seni berbicara, baik yang dicapai berdasarkan bakat yang alami (talenta), maupun yang dicapai melalui latihan atau keterampilan teknis. Titik tolak retorika adalah berbicara, berbicara adalah mengungkapkan kata atau kalimat. Retorika adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, kesenian dan kesanggupan berbicara. Retorika berarti tempat yang tepat, waktu yang tepat mengucapkan kata-kata yang berkesan dan efektif. Dalam konteks ini pepatah mengatakan “orang yang menembak banyak belum tentu seorang penembak yang baik, orang yang bicara banyak belum tentu seorang pembicara yang baik.” Oleh karena itu the greather speaker adalah orang yang mampu berbicara mengesankan, padat makna dan mempunyai efek (efektif) sehingga pendengar terkesima dan mau menerima ide dan gagasan yang kita tawarkan.

B. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Retorika
1. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Retorika
a. Otoritas (curriculum vitae)
b. Good sence (gagasan yang dikemukakan)
c. Good character (sikap yang baik/treck record)
d. Good will (membicarakan kepentingan objek)

2. Faktor yang Memengaruhi Kegagalan Retorika
a. Stage Fright (deman panggung/nervous)
b. Speech enxiety (kecemasan berbicara)
c. Ferpomance stress (stres karena penampilan)

Penyakit-penyakit tersebut di atas bisa menjadi penyebab gagalnya pembicara dalam menyampaikan pesannya. Penyakit tersebut bukan termasuk penyakit yang ganas akan tetapi bisa menyebabkan orang akan kehilngan kesadaran (pingsan). Penyakit tersebut bisa diatasi dengan terapi, yaitu :

a. Terapi jangka panjang
1) Persiapkan serta kuasai bahan dengan matang
2) Cari gua atau tempat yang sepi baru latihan (gladi kotor)
3) Latihan di depan cermin dalam kamar (gladi bersih)

b. Terapi jangka pendek
1) Tarik napas secara perlahan-lahan.
2) Minum air putih.
3) Kepalkan tangan atau pegang benda keras.
4) Baca do’a kelancaran berbicara.

C. Cara Membuka dan Menutup Pidato
Dalam menyampaikan pesan dalam pidato atau ceramah ada bebrapa fase yang harus dilalui yaitu :
1. Fase attention (perhatian). Fase ini merupakan fase pembuka dalam berpidato. Dalam fase ini pembicara harus mampu menarik perhatian audiens.
2. Fase interest (kepentingan). Fase ini merupakan inti dari pembicaraan di mana pembicara harus mampu menyampaikan inti dari pesan yang dibawahnya. Oleh karena itu pembicara harus berbicara dengan tenang dan sewaktu-waktu berhenti sejenak serta memberikan penekanan pada hal-hal yang dianggap penting.
3. Fase desire (merindukan). Pase ini merupakan fase penutup. Dalam fase ini seorang pembicara harus mampu mendorong audeins untuk bertindak sesuai dengan alternative yang dianjurkan serta berusaha agar audeiens selalu rindu ingin mendengarkan pidatonya lagi.

Untuk mampu melalui fase-fase tersebut di atas dengan berhasil maka, pembicara harus jeli dalam membuka dan menutup pidatonya. Adapun cara-cara jitu dalam menutup dan membuka pidato adalah sebagai berikut :

1. Cara membuka pidato
a. Langsung menyebutkan pokok persoalan
b. Melukiskan latar belakang masalah
c. Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir yang menjadi pusat perhatian audiens.
d. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperungati.
e. Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato.
f. Menghubungkan dengan sejarah yang terjadi di masa lalu.
g. Mengisahkan cerita factual, fiktif atau situasi hipotesis.
h. Membuat humor.

2. Cara menutup pidato
a. Mengemukakan atau menyimpulkan ikhtisar pembicaraan.
b. Mendorong khalayak untuk bertindak (appeal for action)
c. Mengatakan kutipan sajak, pribahasa dan ucapat ahli.
d. Membuat pernyataan yang humoris atau anekdok lucu.
e. Mengakhiri dengan klimaks.
Wallahu a’alam Bisshawab

khutbah idul fitri

On Kamis, 11 November 2010 0 komentar

“Wujudkan Pengorbanan dengan melakukan pembelaan terhadap
ummat islam”

Oleh: Mustanan

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Hadirin kaum muslimin dan muslimat rahima kumullah

Hari ini takbir berkumandang di seluruh dunia, membesarkan nama Allah. Gema takbir yang disuarakan oleh lebih dari satu seperempat milyar manusia di muka bumi ini, menyeruak disetiap sudut. Di lapangan, di surau-surau, di desa-desa, digunung-gunung, dikampung-kampung di seluruh pelosok negeri Islam.

Getarkan qalbu mu’min, yang tengah khusyu’ dzikrullah, penuh mahabbah, penuh ridho, penuh roja’ –harap-harap cemas akan hari perjumpaan dengan Khaliq, Pencipta.

Pekik suara itu juga kita bangkitkan disini, dibumi tempat kita bersujud. Iramanya memenuhi ruang antara langit dan bumi, disambut riuh rendah suara Malaikat nan tengah khusyu’ dalam penghambaan diri mereka kepada Allah swt.

Di Palestina,
Dimana Yahudi La’natulllah ‘alaihim, tengah bersorak sorai setelah sukses menipu kaum muslimin.
Setelah 400 pemuda Hamas yang berani mati dieksekusi di kota Jenin, setelah peluru terakhir mereka habis ditembakkan.
Ribuan tentara Yahudi Israel semakin gencar menggilas dan memporak porandakan tempat tinggal kaum muslimin, kaum lelaki dibunuh, anak-anak dianiaya dan perempuan-perempuan dinodai.
Masjidil Aqsha yang mereka injak-injak kehormatannya. Di tanah yang telah diwashiyatkan oleh Umar Ibn Khattab untuk dijaga, negeri yang telah ditebus oleh Sholahuddin Al-Ayyubi dengan darah para syuhada.

Takbir berkumandang Di Iraq,
Negeri dengan bangunan-bangunan bersejarah nan telah rata dengan tanah, kekayaan ummat yang coba dijarah oleh Amerika. Setiap hari kita saksikan pembunuhan demi pembunuhan. Penangkapan dan penggeledahan rumah-rumah yang kerap disertai dengan penganiayaan. Dan hati kita sedikit terobati, kala tentara penjajah tersungkur, dihajar peluru-peluru mujahiddin.
Ketidak adilan dan standar ganda dari sikap yang dipertontonkan oleh sang adikuasa.
Di Fallujaah, di Sammara, di Baghdad kehancuran dan mayat-mayat kaum muslimin bergeletakan, setiap hari bahkan setiap jam, ada saja penduduk yang menjadi korban.

Pemboman yang bertubi-tubi hampir setahun penuh
Kekuatan yang tidak sebanding sama sekali

Takbir berkumandang di Fallujah
Oh Fallujah
Ya ahli Fallujah
Duhai saudara kami muslim Fallujah Adakah kalian masih dengar suara kami
Saudara engkau yang jauh di belahan bumi

Serangan bom dan roket bertubi-tubi
Di penghujung malam-malam, menyayat-nyayat hati
Kaum muslimin yang sedang berpuasapun mereka tembaki
60 masjid hancur tidak lagi berfungsi
ratusan orang meregang nyawa

Tubuh anak-anak terbaring
Akibat pecahan bom
Kena serpihan mortir
Kaki mereka harus diamputasi
Demam meradang mereka
Sebab tidak ada lagi persediaan obat
Apalagi anti biotic

Rombongan 300.000 pengungsi
Berdesak-desakan
Memohon belas kasihan

Maha terpuji Engkau Ya Allah
Dalam limpahan nikmat yang menyenangkan kami.
Dalam genangan darah yang menyedihkan hati kami
Dalam kobaran api dendam musuh-musuhmu dan
musuh kami yang meluluh lantakkan rumah-rumahMu,
Tempat bernaung hamba-hamba-Mu



Takbir berkumandang Di Afghanistan,
Keping-keping reruntuhan, seolah wilayah yang tak lagi bertuan. Puas menmborbardir kawasan muslim ini, tentara Amerika pergi menghindar dan membiarkan penduduknya terlantar.

Takbir berkumandang Di NAD
Adakah takbir masih berkumandang di seluruh pelosok bumi Aceh?
Adakah takbir masih berkumandang di Ulee Lheue?
Adakah takbir masih terdengar di Lhok Nga?
Adakah suara takbir masih tersisa di Ujung Batee?
Adakah Takbir masih berkumandang di Bireuen, di Sigli?

Allah, Allah, Allahu Akbar
Apakah masih ada suara takbir di pantai Lhokseumawe?
Adakah takbir masih terdengar di kota Calang, Meulaboh, Bireun?

Hanya reruntuhan demi reruntuhan yang terlihat di Ulele
Hanya kepingan-kepingan beton yang tersisa di Ujung Batee
Hanya daratan kosong yang kami saksikan sepanjang Lhok Nga
Kami tidak lihat lagi dimana kota Calang
Bahkan didalam petapun lokasinya mulai menghilang
Kami tak punya jalan lagi menuju Meulaboh
Sebab pinggir pantai telah bergeser ke kaki bukit.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Marilah kita bersyukur kepada Allah, dengan sebenar-benar bersyukur.
Allah!!, yang setiap saat kita hirup udaranya dengan bebas, hingga kita mampu bertahan untuk hidup.
Allah!!, Yang air-Nya kita minum setiap kali kita rasakan dahaga.
Allah!!, Yang telah menurunkan hujan dari langit
Mengeluarkan tunas tumbuh-tumbuhan setelah keringnya dan mengalirkan airnya pada sungai-sungai yang banyak.
Marilah kita bersyukur kepada Allah, dengan sebenar-benar bersyukur.
Allah !! Yang telah banyak memberikan rezeki kepada kita
Yang telah melimpahkan nikmat-Nya untuk isteri-isteri dan anak-anak kita

“Kamilah yang telah memberi rezeki kepada anak-anak kalian dan juga untuk kalian”
Betapa banyak nikmat-Nya yang telah kita reguk,
Seteguk air yang menghilangkan dahaga, sesuap nasi yang menyirnakan rasa lapar, kelak pasti kita akan ditanya.

“Kemudian, hari ini sungguh kalian akan ditanya tentang nikmat-nikmat (yang kalian rasakan)”.

Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa,
Allah !!, Malikiyau middin, Pemilik urusan di hari kiyamat, dihari seseorang tidak dapat menolong orang lain. Hari dimana seorang anak manusia lari dari ayah dan ibunya, lari dari kaum dan kerabatnya.

Allah!!, Penguasa Yaumul Mahsyar, Padang yang maha luas, tempat berkumpul nya manusia minal awwaluun wal Akhiruun.
Yang akan memperlihatkan kepada kita catatan-catatan,
tentang apa-apa yang pernah kita kerjakan, catatan tentang apa-apa yang telah kita lalaikan.
Akan dihitung segala perbuatan kita, akan ditimbang segala kebaikan dan keburukan kita, akan dihisab semua manusia, dihari perhitungan ini.

Marilah kita berlindung kepada Allah, dengan sebenar-benar minta perlindungan.
Allah !!, Yang adzab-Nya sangat keras dan pedih,
Kelak akan dipertunjukkan, ketika seorang lelaki mungkar dihadirkan, lalu dituangkan air rebusan api neraka keatas kepalanya. Hingga meleleh isi perut dan kulit-kulit mereka. Dan bagi mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka ingin keluar dari siksaan itu, akibat derita dan sengsaranya, maka dikembalikan ia kepada adzab itu, lalu dikatakan, “Rasakanlah adzab yang membakar ini”.

Takutlah kepada adzab Allah, dengan sebenar-benar rasa takut.
Allah !!, pemilik neraka jahannam, Kelak, tempat orang-orang kafir akan digiring secara berbondong-bondong.

“Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan api. Di dalamnya ada malaikat-malaikat penjaga yang keras dan bengis”.(QS At-Tahrim : 6)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Hadirin Jama’ah ied yang berbahagia,

Pada hari ini, kita berkumpul untuk melaksanakan sholat iedul Adha, setelah kemarin jutaan ummat Islam telah melaksanakan Wuquf di Padang Arafah, dan hari ini akan dilanjutkan dengan pelontaran jumrah serta tahallul ula.

Semoga, seluruh usaha ibadah kita ini menjadi pemberat timbangan kebaikan kita di yaumul mizan kelak, semakin taqarrub kita kepada Allah, serta memperoleh buah ibadah yang dijanjikan, yaitu derajat orang-orang yang bertaqwa.

Sebentar lagi -insya Allah beberapa hewan qurban akan disembelih, ada sapi, ada kambing, ada kerbau. Para ibu-ibupun telah menyiapkan hidangan ketupat serta makanan tambahan. Semoga kurban yang kita lakukan hari ini, meningkatkan ketaqwaan kita disisi Allah swt. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Hadirin/at jama’ah sholat Ied yang berbahagia
Akan tetapi ketahuilah bahwa ibadah haji, bukanlah sekadar peristiwa ritual belaka, apalagi bersifat ceremonial. Syari’at haji diturunkan setelah Rasulullah saw. beserta shahabat melalui pengorbanan dan jihad yang panjang.

Kita tentu tidak mudah melupakan bagaimana jasa-jasa Rasulullah saw. dan para pejuang Islam dimasa awal penegakan Ad-diin ini. Mereka berjuang dengan pengorbanan demi pengorbanan baik harta, darah bahkan nyawa.
Bagaimana perlakuan bengis kaum musyrikin Quraisy terhadap kaum muslimin dikala itu. Kita tentunya masih ingat, bagaimana Rasulullah saw. dianiaya oleh ibnu Muith. Ketika leher beliau dicekik dengan usus onta.
Bagaimana Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam.
Bagaimana Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah sengatan terik matahari siang.
Bagaiman Yasir dibantai,
bagaimana seorang ibu yang bernama Sumayyah,ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak.
Bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah saw. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy di Syi’ib Banu Hasyim, hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas. Ooh begitu beratkah derita yang mesti di alami kekasih Allah, si pembawa risalah?.

Di Makkah ini pulalah, beliau kehilangan isteri beliau Khadijah, seorang wanita yang sangat beliau cintai. Wanita, dimana beliau dapatkan seseorang yang mencurahkan cinta dan kasih sayangnya secara tulus dan ikhlas. Setelah beliau jalani masa-masa kepahitan hidup yang panjang,
tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa kakek, tanpa kerabat yang membela risalah.

Pada periode Madinahpun, terjadi beberapa peristiwa besar, dimana pada saat-saat tempat berpijak belum lagi kokoh, dikala derita kepayahan setelah berhijrah belum lagi sirna.
Allah swt. telah memberikan sebuah proyek besar, yaitu perang Badar.
Perang ini berlangsung pada bulan Ramadhan, dimana kaum muslimin berhasil membunuh 70 orang tentara musyrikin, sementara di pihak kaum muslimin tercatat syahid sebanyak 14 orang shahabat terpilih.
Namun, sebagaimana manusia biasa , terkadang ada jenak-jenak fithrah beliau sebagai manusia muncul, ketika beliau saw. merasa rindu akan kampung halaman, Kota Makkah yang telah lama ia ditinggalkan.
Bahkan beliau pernah menangis dihadapan Bilal bin Rabah, ketika beliau terkenang akan sejumput izkhir yang tumbuh di lembah Makkah.

Aku rindu untuk bermabit di tepi sebuah danau
Sementara disekelilingku izkhir dan jalil

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil Hamd.
Hadirin Rahimakumullah,
Selanjutnya dapatkah kita bayangkan, bagaimana suasana haji pertama kali yang sangat bersejarah itu. Rasulullah saw. berkhutbah dihadapan kurang lebih 140.000 kaum muslimin saat melaksanakan wuquf di Padang Arafah.
Khutbah ini terasa sangat mendebarkan, karena beliau saw. mengisyaratkan bahwa tahun depan mungkin umur beliau tidak ada lagi. Apalagi Rasulullah saw. menyampaikan ayat yang baru saja turun:

“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Ku cukupkan atas kalian nikmat-Ku. Dan Aku ridho Islam sebagai agama kalian”.

Sebuah ayat yang memproklamasikan bahwa Islam telah sampai ke puncak kejayaan, telah sampai kepuncak kesempurnaan.

Umar ibnul Khattab, yang selama ini dikenal tegar dan bersikap tegas terhadap seluruh persoalan, menangis tersedu-sedu. Demikian pula dengan shahabat-shahabat yang lain.
Terbayang tantangan hebat dimasa depan. Terbayang kehidupan tanpa Rasulullah saw. Terbayang setelah puncak tentu akan ada turunan.
Bagaimana perasaaan Rasulullah dan para shahabatnya kala melaksanakan haji yang pertama kali ini?
Bagaimanakah perasaan mereka saat melangkahkan kaki menuju lapangan sembari menggemakan takbir, tahmid dan tahlil?
Dapatkah kita bayangkan, seandainya Khadijah hadir disisi Rasulullah saw. serta Dapatkah kita bayangkan seandainya Yasir dan Sumayyah juga turut hadir bertakbir pada hari yang bersejarah ini?
Dapatkah kita bayangkan seandainya 14 shahabat pilihan, yang syahid di Badr juga menyaksikan puncak kejaan Islam ini bersama-sama isteri-isteri dan anak-anak mereka?
Lalu bagaimanakah perasaan janda-janda serta para aitam itu?

Semua pertanyaan ini, larut dalam haru biru kegembiraan hakiki. Hari itu jiwa mereka tenggelam dalam kesyahduan iman, menyatu dengan hakekat kehendak Allah swt, dan dengan jiwa taqwa mereka.
Kegembiraan mereka dipagi yang cerah itu, lima belas abad yang silam, tumpah ruah dalam alunan gema takbir, tahmid, tahlil dan tasbih.

Ternyata Haji bukan sekedar ibadah ritual saja, melainkan dia merupakan puncak perjuangan jihad Islam sebagaimana sabda nabi saw.:

“Jihad yang paling utama itu adalah haji yang mabrur” (HR. Bukhari)

Allahu Akbar, Allauhu Akbar, Allahu Akbar
Walillahil hamd

Semangat pengorbanan ini juga sebagaimana telah dicontohkan oleh nabiyullah Ibrahim as. Semangat rela berkorban dalam menegakkan kebenaran.
Pada masa mudanya beliau rela dibakar hidup-hidup, setelah menghancurkan patung berhala Raja Namrud. Allah menyelamatkan Ibrahim as. dengan firman:

“Wahai api jadilah dingin, dan Kami selamatkan Ibrahim”.
Bahkan ujian dari Kekasih terhadap kekasih, tidak cukup sampai disitu. Setelah berusia tua, lama tidak punya anak, begitu lahir putra pertama beliau –Ismail-, bukan kepalang senang hati beliau.
Namun Allah swt. memerintahkan untuk mengantarkan si buah hati ke sebuah lembah yang bernama Makkah. Berdua dengan Siti Hajar, ibunda Ismail, mereka ditinggalkan di sebuah lembah yang tak ada seorangpun dan tidak ada sesuatu apapun disana.

Lama tak berjumpa, kerinduan akan bersua. Setelah sang anak beranjak remaja, masa-masa kebanggaan seorang ayah terhadap seorang putra, kemudian Allah memerintahkan untuk menyembelih buah hati tercinta.

Pisau telah diasah dan ditajamkan. Ismail sudah dibaringkan. Hati-hati pisau tersebut secepat mungkin diayunkan.
Penyembelihan benar-benar terjadi, darah segar dan hangat memancar membasahi tangan Ibrahim. Sampai disini, sesungguhnya Ibrahim masih sangat yakin telah menyembelih Ismail, darah dagingnya.

Akan tetapi Allahu Akbar, walillahil hamd. Allah telah mengganti kurban tersebut dengan seekor qibas. Ujian serta pengorbanan yang sangat berat telah dilalui oleh seorang nabi, Khalilullah, kekasih Allah tersebut.

Sekarang, marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing!
Bagaimana kwalitas pengorbanan kita serta ibadah kita, adakah kita telah sungguh-sungguh beruswah kepada Rasulullah saw. teladan kita? Atau kepada Ibrahim as. – nabi yang telah mencontohkan sikap loyalnya dan setia.

Apa sikap kita –sebagai bahagian dari kaum muslimin terhadap pembantaian saudara seaqidah kita di Iraq, pembantaian saudara seiman kita di Palestina, saudara seagama kita di Afghanistan.
Kita harus bela mereka, karena kita telah dipersaudarakan oleh Allah swt dibawah panji-panji kalimah tauhid Laa ilaaha illallah.
Kita harus berani melawan segala bentuk kezholiman ini. Kita harus bersatu untuk memperkokoh barisan kaum muslimin, sehingga ia menjadi seperti bangunan yang kokoh –bunyanun marshus. Kita harus senantiasa mewaspadai skenario-skenario yang sering menyudutkan umat Islam.

Bahkan hari ini kaum muslimin seringkali diidentikkan dengan teroris. Kita yang mayoritas dari komponen bangsa ini hampir 90% adalah ummat Islam, seolah menjadi bulan-bulanan media dan pengamat-pengamat yang anti Islam, telah menjadi umat sebagai sasaran tembak.
Demikian pula dari statemen-stateme yang tidak bertanggung jawab dari tokoh-tokoh politik, yang mengumbar wacana akan mengawasi seluruh pesantren. Isu sidik jari yang semakin membuat runyamnya masalah.
Seolah-olah seluruh pelajar di pesantren adalah teroris, seolah isi kurikulum inti pesantren adalah mendidik orang untuk menjadi radikal dan anti sosial? Hal ini sangat membuat stigma negatif dan mencoreng nama baik pesantren.

Bahkan istilah jihjadpun disimpangkan sedemikian rupa, seolah-olah jihad itu keji dan kejam, seolah jihad itu tidak manusiawi. Padahal terminologi jihad didalam Islam adalah sesuatu yang luhur, sesuatu yang diwajibkan atas setiap muslim, karena jihad adalah merupakan wujud kesungguhan kita dalam menjalankan ajaran Islam yang sempurna ini.
Oleh sebab itu kita harus mau membela umat ini, baik secara perorangan maupun secara kelembagaan. Bahwa Islam ditirunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin, bahwa tidak ada yang lebih tinggi dan lebih mulya dari pada pembelaan kita terhadap kalimatullah hiyal ‘ulya. Inilah wujud pengrobanan kita, yaitu pembelaan terhadap citra ummat Islam yang sering di serang dan dianggap seolah-olah biang kerusakan dan kerusuhan di negeri mereka sendiri.

Demikianlah dengan sikap persaudaraan kita, sikap ukhuwwah kita. Apakah jiwa taqwa kita -benar-benar telah mengusik –katakanlah- secuil kepedulian kita terhadap nasib ummat Islam serta kaum papa, faqir miskin, yatim dan para janda?
Apakah gemblengan ruhiyyah ini benar-benar telah menggamit sanubari kita, agar peduli terhadap penderitaan saudara-saudara muslim kita?
Kaum muslimin yang merupakan bagian dari darah daging kita?
Yang dalam pesan Rasulullah saw., sangat tegas diucapkan:

“Kuunuu ‘ibadallahi ikhwana”
Bagaimana kita mengaplikasikan nilai-nilai luhur yang telah dicontohkan oleh Nabi saw.

Adakah kebahagiaan yang kita rasakan hari ini, juga dirasakan oleh mereka?
Adakah mereka sanggup kenakan baju baru, celana baru dan sepatu baru?, Seperti yang dipunyai anak-anak kita?
Adakah mungkin saudara-saudara muslim kita di Iraq, di Palestina, di Afghanistan maupun di Aceh dapat mencicipi hidangan selezat yang telah kita tata di meja-meja makan kita?
Kenang, kenang, kenanglah mereka !
Sumbanglah mereka, agar mereka merasa masih punya saudara.
Bantu mereka, do’akan agar Allah memberikan keberkahan atas mereka.

Allau Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil hamd.
Hadirin/at Jama’ah Sholat Ied yang berbahagia,

Untuk kejayaan ummat, wujudnya kemenangan syari’at, setiap kita hendaknya terlibat dalam membangun, memelihara dan membela Ad-diinul Islam ini. Jika masing-masing kita memegang teguh ajaran ini, jika setiap keluarga muslim iltizam terhadap Alqur’an dan sunnah, jika masyarakat muslim mengaplikasikan nilai-nilai luhur dari Alqur’an. Tentu kan jayalah ummat ini, Zhohirnya Addin, tampil memimpin dunia yang kini tengah centang perenang ini.

khutbah idul adha

On 0 komentar

RESEP MEMPERBAIKI KUALITAS KEHIDUPAN BANGSA
Oleh: Mustanan

الله أكبر الله أكبر الله أكبر 3X
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita sendiri tidak akan mampu menghitung secara rinci tentang kenikmatan-kenikmatan itu. Karenanya dalam konteks nikmat, Allah Swt tidak memerintahkan kita untuk menghitung tapi mensyukurinya. Kehadiran kita pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha bersamaan dengan kehadiran sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci merupakan salah satu dari tanda syukur kita kepada Allah Swt.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikuti setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Hari ini kita kenang kembali manusia agung yang diutus oleh Allah Swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarganya yakni Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad Saw harus mampu mengambil keteladanan darinya, Allah Swt berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS 60:4).

Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia serta mengambil hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di tanah suci, pada kesempatan khutbah yang singkat ini, paling kurang ada lima isyarat yang bisa kita ambil sebagai resep dalam memperbaiki kualitas kehidupan bangsa kita rendah padahal mayoritas penduduknya adalah muslim. Karena itu, dari sejarah kehidupan Nabi Ibrahim as dan keluarganya serta dari pelaksanaan ibadah haji, Lima hal ini sekaligus menjadi kunci bagi upaya memperbaiki kualitas kehidupan bangsa sehingga mudah-mudahan bisa menyelamatkan kehidupan bangsa dari kehancuran, apalagi kita masih terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pertama, berbaik sangka kepada Allah Swt, sikap ini merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dari sikap inilah kita akan menjalani kehidupan sebagaimana yang ditentukan Allah Swt. Nabi Ibrahim dan isterinya Siti Hajar telah menunjukkan sikap yang sangat positif kepada Allah Swt. Sebagaimana kita ketahui, Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk memindahkan Siti Hajar dan anaknya Ismail as ke Makkah, terasa berat untuk melakukan hal ini, bukan semata-mata harus berpisah dengan isteri dan anak, tapi juga karena di Makkah pada waktu itu belum ada kehidupan, tidak ada manusia, tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan air sekalipun. Sikap berbaik sangka kepada Allah membuat Ibrahim dan Siti Hajar yakin bahwa tidak mungkin Allah Swt punya maksud buruk dalam memerintahkan sesuatu. Begitu pula halnya dengan perintah menyembelih Ismail as. Memang harus kita sadari bahwa ketika Allah Swt memerintahkan sesuatu itu berarti Allah ingin mewujudkan kemaslahatan atau kebaikan-kebaikan dan ketika Allah melarang, itu berarti Dia ingin mencegah terjadinya mafsadat atau kerusakan-kerusakan yang akan menimpa manusia. Dalam satu hadits, Rasulullah Saw bersabda:

لاَ يَمُوْتَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ تَعَالَى

Janganlah salah seorang dari kaliam mati, kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah (HR. Abu Daud dan Muslim).

Manakala seseorang sudah berbaik sangka kepada Allah Swt, maka ia optimis bahwa ada hari esok yang lebih baik. inilah pelajaran penting yang harus kita peroleh dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sikap ini merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dari sikap inilah kita akan menjalani kehidupan sebagaimana yang ditentukan Allah Swt.
Dalam kehidupan masyarakat kita sekarang, banyak orang yang telah hilang sikap optimismenya sehingga terasa tidak mungkin ada perubahan yang lebih baik, ini merupakan sikap yang berbahaya dan harus dihindari karena seseorang menjadi apatis atau masa bodoh dengan berbagai persoalan yang ada di sekitarnya bahkan bisa putus asa hingga bunuh diri ketika menghadapi persoalan pribadi dan keluarga yang berat. Indikasi ini sudah banyak terjadi, bahkan bunuh diri tidak hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Kesulitan manusia, sesulit apapun yang dialaminya pada hakikatnya tidaklah sesulit generasi terdahulu, selalu ada saja kesulitan yang lebih sulit dialami oleh generasi terdahulu.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Kedua, manakala seorang muslim sudah berprasangka baik kepada Allah, maka apapun yang diperintah Allah akan dilaksanakan dan apapun yang dilarang akan ditinggalkannya, inilah yang disebut dengan disiplin dalam syari’at, Ibadah haji dan kurban merupakan pelaksanaan dari salah satu syari’at yang diturunkan Allah Swt. Ini berarti seorang muslim harus menunjukkan kedisiplinannya untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari'at, hukum atau undang-undang dari Allah Swt, baik dalam perkara kehidupan pribadi, keluarga masyarakat maupun bangsa dan negara. Disiplin dalam syari'at akan membuat seorang muslim tidak tergoyahkan oleh komentar-komentar negatif dari orang yang tidak mengerti terhadap syari'at, Allah Swt berfirman:

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ الاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ اَهْوَاءَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari'at dari suatu urusan, maka ikutilah syari'at itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang yang tidak mengerti (QS 45:18)

Ibadah haji mendidik umat Islam untuk disiplin dalam syari’at. Ibadah ini dimulai dengan ihram yang berarti pengharaman dan diakhiri dengan tahallul yang berarti penghalalan. Dari sini, seorang muslim apalagi seorang haji akan selalu siap meninggalkan sesuatu yang memang diharamkan Allah Swt dan hanya mau melaksanakan sesuatu bila memang dihalalkan oleh Allah Swt.
Resep Ketiga yang merupakan pelajaran dari Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya guna memperbaiki kualitas bangsa adalah mau berusaha untuk mencari rizki yang halal, bukan menghalalkan segala cara. Keyakinan bahwa Allah punya maksud baik dan rizki di tangan-Nya membuat manusia seharusnya mau berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Siti Hajar berusaha mencari rizki yang dalam rangkaian ibadah haji disebut dengan sa’i. Oleh karena itu Allah Swt senang kepada siapa saja yang berusaha secara halal meskipun harus dengan susah payah, Rasulullah Saw bersabda:

ِانَّ للهَ تَعَالىَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى تَعِبًا فىِطَلَبِ الْحَلاَلِ

Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hambanya lelah dalam mencari yang halal (HR. Ad Dailami).

Usaha yang halal meskipun sedikit yang diperoleh dan berat memperolehnya merupakan sesuatu yang lebih baik daripada banyak dan mudah mendapatkannya, tapi cara memperolehnya adalah dengan mengemis yang hanya akan menjatuhkan martabat pribadi. Bila mengemis saja sudah tidak terhormat apalagi bila mencuri atau korupsi dan cara-cara yang tidak halal lainnya. Rasulullah Saw bersabda:

َلأَنْ يَحْمِلَ الرَّجُلُ حَبْلاً فَيَحْتَطِبَ بِهِ، ثُمَّ يَجِيْءَ فَيَضَعَهُ فِىالسُّوْقِ، فَيَبِيْعَهُ ثُمَّ يَسْتَغْنِىَبِهِ، فَيُنْفِقُهُ عَلَى نَفْسِهِ خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ، اَعْطَوْهُ اَوْمَنَعُوْهُ.

Seseorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar, lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik daripada seorang yang meminta minta kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak (HR. Bukhari dan Muslim).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Keempat, resep untuk memperbaiki kualitas kehidupan bangsa adalah bergerak dalam kebaikan. Ibadah haji merupakan ibadah bergerak. Para jamaah bergerak dari rumahnya menuju ke asrama haji, hanya beberapa jam di asrama haji, para jamaah harus bergerak lagi menuju Bandara, sesudah naik pesawat, mereka diterbangkan menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah, dari Jeddah para jamaah harus bergerak lagi menuju Madinah bagi jamaah gelombang pertama untuk selanjutnya Menuju Makkah, sedang bagi jamaah gelombang kedua para jamah langsung ke Makkah. Disana jamaah langsung menunaikan umrah hingga tahallul. Selama beberapa hari di Makkah, para jamaah sudah harus bergerak lagi untuk melaksanakan puncak ibadah haji, mereka harus bergerak lagi menuju Arafah untuk wuquf, malam harinya menuju Muzdalifah untuk mabit dan mengumpulkan batu, keesokan harinya melontar di Mina, Tawaf ifadhah di Makkah, kembali lagi ke Mina untuk melontar hingga selesai, lalu kembali lagi ke Makkah untuk bersiap meninggalkan Makkah menuju Tanah air masing-masing dan sebelum meninggalkan Makkah, para jamaah bergerak lagi untuk melakukan tawaf wada, yakni tawaf perpisahan dengan ka’bah. Dari rangkaian ibadah haji, puncak kesulitan bahkan resiko yang paling besar adalah saat melontar yang melambangkan perlawanan atau peperangan melawan syaitan.

Dari rangkaian ibadah haji, kita bisa mengambil pelajaran bahwa setiap muslim apalagi mereka yang sudah menunaikan haji seharusnya mau bergerak untuk memperbaiki keadaan. Setiap muslim harus bergerak untuk mencari nafkah, bergerak mencari ilmu, bergerak untuk menyebarkan, menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, bergerak untuk memberantas kemaksiatan dan kemunkaran. Ini semua menunjukkan bahwa seorang muslim jangan sampai menjadi orang yang pasif, diam saja menerima kenyataan yang tidak baik, apalagi bila hal itu dilakukan dengan dalih tawakkal, padahal tawakkal itu adalah berserah diri kepada Allah atas apa yang akan diperoleh sesudah berusaha secara maksimal.
Kelima, resep untuk memperbaiki kualitas kehidupan bangsa adalah pengorbanan di jalan yang benar. Idul Adha merupakan hari raya qurban, satu hari yang mengingatkan kita untuk memperkokoh semangat pengorbanan, hal ini karena Nabi Ibrahim dan keluarganya yang kita kenang pada hari raya Idul Idha ini merupakan tokoh yang tiada tara dalam berkorban untuk menunjukkan ketaatannya kepada Allah Swt. Qurban secara harfiyah berarti pendekatan, yakni pendekatan diri kepada Allah Swt agar kehidupan di dunia ini dan di akhirat nanti menjadi baik. Orang yang mau berkorban berarti orang yang menyadari akan masa depan yang lebih penting dari pada masa sekarang. Karena itu Allah Swt berfirman:

يَآاَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌبِمَاتَعْمَلُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan perhatikanlah dirimu, apa yang sudah kamu perbuat untuk hari esok, bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat (QS 59:18).

Pengorbanan memang harus kita lakukan dalam hidup ini, karena pengorbanan itu tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tapi sebenarnya bagi kita juga, hal ini karena bila kita memiliki kemampuan mengorbankan sesuatu lalu kita mengorbankannya, maka orang lain akan menghormati dan memuliakan kita meskipun kita tidak mencari-cari hal itu, sedangkan bila kita mempunyai kemampuan untuk berkorban tapi kita tidak melakukannya, maka orang lain akan menghinakan kita, itulah diantara manfaat berkorban bagi diri kita.
Dalam konteks memperbaiki kualitas kehidupan bangsa, pengorbanan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Kerusakan dan kerancuan pada masyarakat dan bangsa kita merupakan akibat dari ketiadaan semangat berkorban sehingga banyak sekali orang yang dalam mengabdikan diri untuk kemajuan masyarakat dan bangsa tidak berpikir tentang apa yang bisa mereka berikan tapi justeru apa yang mereka harus dapatkan. Oleh karena itu, idealnya kita terus berpikir dan berusaha tentang apa manfaat yang bisa kita berikan kepada kebaikan dan kemajuan masyarakat dan bangsa, bukan apa yang bisa kita dapatkan.
Sebagai muslim, menjadi keharusan bagi kita untuk memiliki sikap optimis, yakin akan hari esok yang lebih baik selama mau diupayakan dengan penuh kesungguhan. Sejarah telah menunjukkan kepada kita bagaimana perubahan nasib menjadi lebih baik bagi orang-orang yang mengalami kesulitan hidup selama mereka masih punya keyakinan akan hari esok yang lebih baik dan mau berusaha semaksimal mungkin dengan cara-cara yang halal dan meningkatkan kemampuannya dalam berusaha dengan selalu bertawakkal kepada Allah Swt. Sementara itu, banyak juga kita dapati manusia yang semula hidupnya bahagia, aman, tentram, sentosa berubah menjadi sengsara, menderita, dicekam oleh rasa takut, tidak memperoleh keamanan dan tidak punya masa depan yang cerah karena mereka sendiri yang merubah keadaan mereka menjadi seperti itu. Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman:

اِنَّ اللهَ لاَََ يُغَيِّرُوْ ماَ بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَابِاَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri (QS 13:11).
Akhirnya, marilah kita siapkan diri, keluarga dan masyarakat kita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Kearah itu, diperlukan pemimpin yang baik, pemimpin yang bukan sekedar berstatus sebagai muslim tapi memang dapat menunjukkan identitas keislaman, keberpihakan pada nilai-nilai Islam dan mampu menunjukkan pelayanan kepada masyarakat. Momentum Idul Adha sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk memacu diri kita berusaha lebih keras dan sungguh-sungguh agar terwujud negeri yang baik dan memperoleh ridha Allah Swt. Untuk itu, marilah kita tutup khutbah Ied kita pada hari ini dengan sama-sama berdo'a:

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

***

khutbah idul fitri

On 0 komentar

RAMADAHAN MENGANTAR MANUSIA KE FITRAHNYA
Oleh: Mustanan

السلام عليكم ورحمة الله وبركته
الله اكبر ×9 الله اكبر كبير والحمد لله كثيرا وسبحا ن الله بكرة واصيلا0 الحمد لله الدي جعل هداليؤم عيداللاسلام وحرم عليهم فيه الصيام0 اشهد ان لآاله الآ الله وحده لاشريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله0 اللهم صل وسلم عل محمد وعلى اله وصحبه اجمعين0 اما بعد، فياايهاالناس اتقواالله حق تقاته ولاتموتن الآ وانتم مسلمون

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia…
Sejak tergelincirnya matahari di ufuk barat, gema takbir, tasbih dan tahmid mengumandang membahana di seluruh dunia mengagungkan kebesaran Allah, Tuhan yang maha perkasa pemilik segala kebesaran. Sepanjang hari, pagi, siang dan malam, di masjid-masjid, di kantor, di lapangan, di kesunyian malam, di keheningan fajar dan di keramaian kota, semua makhluk tunduk memuji kebesaran-Mu “Allahu Akbar”.
Hari raya Idul Fitri ini, merupakan hari kesyukuran dan kegembiraan bagi kaum muslimin, karena di bulan suci ramadhan yang penuh rahmat, magfirah dan barakah, telah dapat melaksanakan tugasnya dengan mudah dan lapang dada, tugas kehambaan hablum minallah, berbakti kepada Allah swt dengan melakukan ibadah puasa di siang harinya dan menegakkan berbagai amalan ibadah di malam harinya atas dasar iman dan ikhlas untuk mengharap ridha-Nya semata.
Dari berbagai ibadah dalam Islam, puasa di bulan ramadhan seperti yang baru saja kita lakukan selama sebulan penuh, merupakan ibadah wajib yang paling mendalam bekasnya pada jiwa seorang muslim. Pengalaman selama sebulan dengan berbagai kegiatan yang menyertainya seperti berbuka, tarawih, tadarus dan makan sahur senantiasa membentuk unsur kenangan yang mendalam akan masa kanak-kanak di hati seorang muslim sampai ia dewasa.
Oleh karena itu, ibadah puasa merupakan bagian dari usaha pembentukan jiwa keagamaan seorang muslim dan menjadi sarana pendidikannya di waktu kecil sampai seumur hidupnya. Bulan ramadhan merupakan bulan keagamaan dengan intensitas yang tinggi, yang bakal meninggalkan kesan mendalam pada mereka yang terlibat melaksanakan ibadah di bulan suci itu. Kekhasan suasana ramadhan pada bangsa kita, juga tercermin dalam suasana hari raya lebaran Idul Fitri yang kita laksanakan pada hari ini. Dari anak-anak hingga orang tua, berbondong-bondong menuju ke tanah lapang dan masjid, dengan bau wewangian yang semerbak, pakaian baru yang indah-indah, semakin menambah kesemarakan hari raya idul fitri hari ini.
Karena itu, sudah sewajarnya kita merenungi makna hari raya ini yang merupakan hari raya keagamaan, sehingga kita dapat mengetahui hikmah dan makna di balik itu. Idul Fitri dari segi bahasa berarti kembali suci. Fitrah atau kesucian asal manusia adalah sebutan untuk rancangan Allah swt mengenai kita, artinya kita ini diciptakan dengan rancangan sebagai makhluk suci yang sakral.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Jamaah ied yang dimuliakan Allah……
Manusia pada dasarnya adalah suci. Oleh karenanya sikap-sikap manusia pun seharusnya menunjukkan sikap-sikap yang suci, terutama terhadap sesama manusia. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa manusia itu suci dan berbuat suci kepada sesamanya dalam bentuk amal saleh. Fitrah terkait dengan hanif artinya suatu sifat dalam diri kita yang cenderung memihak kepada kebaikan dan kebenaran. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda:
البرمااطمان إليه القلب واطمأنت إليه النفس وا لإثم ما حاك قي القلب و تر ددفي الصد ر
Artinya:
“Kebajikan ialah sesuatu yang membuat hati dan jiwa tenang. Dan dosa ialah sesuatu yang terasa tak karuan dalam hati dan terasa bimbang di dada” (HR Ahmad).

Maksud dosa dalam hadis ini adalah, sesuatu yang dirasakan bertentangan dengan hati nurani. Oleh karena itu ketika ada polemik mengenai nabi Ibrahim as, di mana orang Yahudi mengatakan bahwa Ibrahim ialah orang Yahudi, dan orang Nasrani mengatakan Ibrahim adalah seorang Nasrani, maka Allah berfirman:

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Terjemahnya:
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasarani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri kepada Allah dan sekali-kali dia bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik” (QS. Al Imran: 67).

Makasud ayat di atas bahwa Ibrahim itu adalah seorang yang hidupnya digunakan untuk mencari kebenaran dengan tulus dan ikhlas, tanpa semangat golongan atau kelompok, diiringi dengan musliman yaitu pasrah kepada Allah swt. Dalam Firman Allah yang lain disebutkan bahwa agama yang benar tidak lain adalah asal kesucian manusia yaitu fitrah:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Terjemahnya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”(QS. Ar-Rum: 30).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Tahun boleh berganti, zaman boleh berubah, milenium boleh bertukar, tetapi manusia tetap sama selama-lamanya, sesuai dengan desain Allah swt. Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kebenaran dan akan merasa tentram apabila mendapatkan kebenaran itu. Sebaliknya, kalau dia tidak mendapatkannya, dia akan gelisah.
Jadi menurut firman Allah di atas, bahwa agama yang benar ialah kemanusian primordial artinya sesuatu yang asli, yang berasal dari pokok atau pangkal diciptakan. Idul Fitri adalah hari raya untuk merayakan kembalinya fitrah, setelah hilang dan diketemukan kembali atau berhasil diketemukan. Hal itu karena adanya ibadah puasa yang berintikan latihan menahan diri dari godaan-godaan, seperti dilambangkan dengan makan dan minum serta hubungan biologis.
Pahala puasa tentunya tidak tergantung seberapa jauh kita lapar dan haus. Melainkan tergantung pada, apakah kita menjalankannya dengan iman dan ihtisab kepada Allah, serta penuh instrospeksi diri atau tidak. Bukti lebih jauh bahwa pahala puasa tidak tergantung pada seberapa jauh kita lapar dan haus adalah disunatkannya berbuka puasa sesegera mungkin yang dalam istilah agama disebut ta’jil. Jadi semakin cepat kita berbuka puasa, makin besar pahalanya. Sedangkan sahur disunatkan seakhir mungkin, karena semakin akhir sahur kita semakin besar pula pahalanya. Dan nabi Muhammad saw. tetap menganjurkan kita sahur, meskipun tidak ada nafsu makan karena merasa kenyang, karena menurut beliau dalam sahur ada berkah.
Hal ini semua menunjukkan bahwa, Allah tidak menghendaki kita tersiksa, tetapi Allah menghendaki kita melatih menahan diri dari godaan-godaan yang terkadang menjerumuskan kepada kesesatan. Maka pahala ibadah puasa tergantung kepada seberapa jauh kita bersungguh-sungguh melatih menahan diri, melatih untuk tidak tergoda, sebab salah satu kelemahan manusia memang terkadang tidak bisa menahan diri. Dalam al-Qur’an banyak disebutkan bahwa diantara kelemahan manusia ialah pandangannya yang pendek, Allah berfirman:
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ(20)وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ(21)

Terjemahnya:
“Sekali-kali janganlah demikian, sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat”(QS. Al-Qiyamah:20-21)

Karena kita gampang tergoda, menganggap sesuatu yang sepintas lalu adalah menyenangkan dan menarik, kemudian kita ambil, padahal nanti dibelakang hari akan membawa malapetaka. Dosa tidak lain adalah demikian itu, sesuatu yang dalam jangka pendek membawa kesenanngan tetapi dalam jangka panjang membawa kehancuran. Ini karena efek kelemahan manusia yang tidak sanggup melihat akibat perbuatannya dalam jangka panjang, lebih tertarik pada akibat-akibat jangka pendek. Ingin kaya tetapi harus cepat, maka jalan pintas pun diambil, korupsi, mencuri, menipu, berjudi dan sebagainya.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Hadirin kaum muslimin dan muslimat yang terhormat…
Kita lahir dalam fitrah berarti kita hidup dalam kesucian. Akan tetapi karena kelemahan kita itu mudah tergoda, sehingga sedikit demi sedikit diri kita menumpuk debu-debu dosa dan menutup hati kita sehingga menjadi gelap. Padahal semula hati kita itu terang sehingga mampu memantulkan sinar kebaikan. Itulah sebabnya hati kita itu disebut nurani yang berarti cahaya. Tapi lama kelamaan menjadi gelap karena selalu dikotori dengan debu-debu dosa, sehingga menjadi zhulmani yang berasal dari zhulm berarti gelap. Dalam bahasa al-Qur’an dosa disebut zhulm, sehingga orang yang berbuat dosa disebut zhalim, artinya seseorang yang melakukan sesuatu yang membuat dirinya dan kesuciannya (fitrahnya) serta hati nuraninya menjadi gelap.
Imam al-Ghazali megemukakan bahwa kemuliaan martabat manusia disebabkan karena kesiapannya mencapai ma’rifat kepada Allah, dan hal itu dimungkinkan karena adanya hati. Dengan hati, manusia mengetahui Allah dan mendekati-Nya, sementara anggota badan yang lain berfungsi sebagai pelayannya Ia mengatakan bahwa hati mempunyai dua unit yaitu yang dapat dilihat dengan mata kepala dan yang satunya lagi hanya dapat dilihat dengan mata hati. Yang pertama adalah anggota badan, sedang yang kedua adalah daya-daya seperti; daya penglihatan, daya pendengaran, daya khayal, daya pikir dan sebagainya.
Hati juga diibaratkan sebagai pesawat pemancar (dzawq) yang dapat menangkap sinyal-sinyal yang melintas. Kapasitas pesawat hati tiap orang berbeda-beda tergantung pada desain dan ”baterainya.” Hati yang telah lama dilatih melalui proses latihan (riyadhah) memiliki desain dengan kapasitas besar yang mampu menangkap sinyal yang jauh termasuk sinyal isyarat masa yang akan datang.
Ketajaman hati juga diibaratkan sebagai cermin (cermin hati). Orang bersih dari dosa, hatinya bagaikan cermin yang bening, yang begitu mudah untuk berkaca diri. Orang yang suka mengerjakan dosa-dosa kecil, hatinya buram bagaikan cermin yang terkena debu, jika digunakan kurang jelas hasilnya. Orang yang suka melakukan dosa besar, hatinya gelap bagaikan cermin yang tersiram cat hitam, dimana hanya sebagian kecil saja bagiannya yang dapat digunakan. Sedangkan orang yang suka mencampuradukkan perbuatan baik dengan perbuatan dosa, hatinya kacau bagaikan cermin yang retak-retak, yang jika digunakan akan menghasilkan gambar yang tidak benar.
Apabila kita mencapai suatu titik dimana kita tidak lagi menyadari bahwa perbuatan kita itu jahat, maka inilah yang disebut dengan “kebangkrutan rohani”. Problema terbesar dalam masyarakat adalah menghadapi orang yang menjalankan hal-hal yang sebetulnya tidak baik, akan tetapi justru merasa berbuat baik, Allah mengingatkan:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا(103)الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا(104)
Terjemahnya:
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupannya di dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al-Kahfi: 103-104).

Itulah sebabnya, Allah menyediakan bulan puasa, supaya kita dapat mensucikan diri, sehingga membuat diri kita kembali menjadi suci. Oleh karena itu puasa bukan saja bulan suci tetapi bulan pensucian. Dan kalau kita berhasil menjalankan ibadah puasa dengan iman yaitu percaya kepada Allah swt dan ihtisab yang berarti mawas diri, menghitung diri sendiri atau instrospeksi, yaitu kesempatan bertanya dengan jujur siapa kita ini sebenarnya, apakah betul kita ini sudah banyak berbuat baik, maka Allah akan mengampuni dosa dan kesalahan kita, Rasulullah saw. bersabda:
من صام رمضان إيمانا واحتساباغفر له ماتقدم من دنبه
Artinya:
“Barang siapa berpuasa ramadhan karena iman dan ihtisab, niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu”



Nabi Muhammad saw menjanjikan, kalau kita berhasil berpuasa dengan dasar iman dan ihtisab, maka seluruh dosa kita yang lalu akan diampuni oleh Allah swt. Dan konsekwensinya pada waktu kita selesai berpuasa yaitu pada tanggal 1 Syawal hari ini, kita ibarat dilahirkan kembali. Itulah yang kita rayakan dengan idul fitri (kembali suci). Kembalinya fitrah kepada kita, dan kita pun harus tampil sebagai manusia suci dan baik, sebaik-baiknya kepada sesama manusia, juga sebaik-baiknya kepada sesama makhluk.
Itulah sebetulnya semangat idul fitri yang kemudian kita ucapkan minal aidin wal faizin, semoga kita semuanya termasuk orang yang kembali ke fitrahnya dan sukses serta memperoleh kebahagiaan. Amin ya Rabbal alamin.

Marilah kita bersama-sama menundukkan hati dan pikiran kita, seraya berdo’a kepada Allah swt. semoga segala kesalahan yang telah kita perbuat baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dapat terampuni lewat maha pengasih-Nya Allah. Disamping itu pula kita berharap semoga segala usaha dan aktivitas kita ke depan selalu dalam rahmat dan restu-Nya.
Ya Allah, kami bermohon kepada-Mu dengan menyebut nama-Mu, kiranya Engkau ya Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami, cahaya mata kami, penyingkap keresahan dan pengusir kesedihan dan kesusahan kami.
Ya Rahman, yang maha mencurahkan rahmat kasih sayang kepada seluruh wujud, yang mencakup segala sesuatu dengan rahmat dan pengetahuan-Mu pada setiap butir wujud di alam raya ini, maka ya Allah perlihatkanlah mata hati kami cahaya keadilan-Mu serta keagungan anugerah-Mu.
Ya Allah, Engkau telah menganugerahkan kepada kami rasa manisnya iman dan rasa aman, sehingga kami bersaksi bahwa kami telah meraih sebaik-baiknya nikmat berkat anugerah dan kebaikan-Mu. Ya Allah, peliharalah kami dari godaan syetan yang selalu memerangi kami dalam usaha mendekatkan diri kepada-Mu. Ya Allah, nampakkanlah kepada kami cahaya nama-Mu ”Al-Mukmin” sehingga kami merasa tenang dan bahagia dengan-Mu ketika menyendiri atau bersama dengan orang lain, pada lahir maupun batin kami, karena semua nikmat nurani merupakan percikan dari penampakan nama-Mu.
Kepada-Mu ya Allah berpulang segala urusan, wahai Tuhan yang mengetahui segala yang gaib. Ya Allah terangilah keimanan kami dengan secercah cahaya-Mu, sinarilah zikir kami dengan hidayah-Mu. Ya Allah Engkau pengawas sempurnah, lagi saksi yang pengetahuan-Nya mencakup seluruh alam raya ini. Ya Allah, limpahkanlah cahaya rahasia nama-Mu “al-Muhaimin”; sehingga kami mengetahui rincian gejolak hati kami, sisi terdalam dari nurani kami, serta rahasia-rahasia penutup diri kami, agar kami mampu mengawasi niat dan motivasi kami, meluruskan anggota tubuh kami dan mampu pula menegakkan perbuatan kami sesuai dengan apa yang engkau telah syariatkan.
Ya Allah kapada-Mu lah bersandar segala keluh, Engkaulah tumpuan hati kami, tiada sekutu bagimu. Ya Allah bersihkan hati kami dari rayuan materi sehingga kami tidak memandang yang mulia kecuali Engkau. Persaksikan kepada kami makna kemuliaan, sehingga jiwa kami menjadi tebusan untuk-Mu dan himpunlah kami bersama orang-orang arif yang telah Engkau anugerahi kemuliaan, sehingga hati mereka penuh dengan kemulian-Mu serta curahkan pula kepada kami rahasia kemulian-Mu agar jiwa kami mengangkasa menuju keharibaan-Mu.
Ya Allah yang maha bijaksana, kami berlindung kepadamu dari tipu daya nafsu kami menyangkut apa yang Engkau tetapkan dan kehendaki. Kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka yang iri terhadap anugerah nikmat-Mu. Ya Allah wahai yang menyempurnakan segala yang kurang, Yang memperkaya segala yang miskin, Yang memberi rasa aman segala yang takut, Yang mempermudah segala yang sulit. Ya Allah permudahlah untuk kami segala yang sulit, karena bagi-Mu mempermudah yang sulit amatlah mudah.

اللهم اغفرللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الآحياء منهم والآموات، انك سميع قريب مجيب دعوات، وياقاضي الحاجا

اللهم اغفر لناولوا لدينا ورحمهم كماربوناصغارا
ربنااغفر لناولإخوا نناالذين سبقونا بلإيمان، ولاتجعل في قلوبنا غلآ للذين امنوا ربنا إنك رؤوف الرحيم، ربناهب لنامن ازواجناوذريتنا قرة اعين وجعلنا للمتقين إماما، رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه وسلم والحمد لله رب العلمين

Pembelajaran Sejarah dengan Model Diskusi

On 0 komentar

By, Anang Mahasiswa PPS UIN Alauddin

A. Ruang Lingkup Metode Diskusi

1. Pengertian Metode Diskusi
Secara etimologis, kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metodos”, terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati , dan “hodos” berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “metode” berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Ini berarti bahwa metode adalah cara bekerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalam proses pendidikan, metode mempunyai peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Kata “diskusi” berasal dari bahasa Latin, yaitu “discussus” yang terdiri dari akar kata “dis” dan “cuture”. “Dis” artinya terpisah, sementara “cuture” artinya menggoncang atau memukul. Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu. Atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikannya.
Menurut Killen, Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
Sedangkan menurut Ramayulis, metode diskusi merupakan suatu cara penyampaian/penyajian bahan pelajaran, di mana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun alternative pemecahan atas suatu masalah.
Muhibbin Syah mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah. Guru mengemukakan permasalahan lalu siswa mendiskusikannya secara bersama-sama untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu metode pengajaran di mana guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada siswa dan para siswa diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah tersebut dengan teman-temannya.
Kesimpulan tersebut mengandung pengertian bahwa pertanyaan dalam metode diskusi mengandung masalah, sehingga tidak dapat diselesaikan dengan satu jawaban saja. Jawaban yang terdiri dari berbagai kemungkinan (alternative), memerlukan pemikiran yang saling menunjang dari peserta diskusi, untuk sampai pada jawaban akhir yang disetujui sebagai jawaban yang paling benar atau terbaik.

2. Jenis-jenis Diskusi
Secara umum, ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini, permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa sub masalah. Setiap kelompok menyelesaikan sub-sub masalah yang disampaikan guru dan diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
James Bell dalam Buchari Alma menulis tentang berbagai bentuk metode mengajar diskusi kelas sebagai berikut:
Diskusi kelas yang menggunakan sebagai moderator
Diskusi kelas yang menggunakan siswa sebagai moderator
Student center discussion, ada guru ikut tapi peranannya hanya mengawasi dan mendorong agar siswa berani.
Buzz group, kelas dibagi dalam kelompok lalu diberi pertanyaan yang harus dipecahkan dalam waktu singkat,
 Case studies, kelas dibagi atas kelompok kecil, diangkat seorang ketua dan seorang penulis. Kelompok diberi permasalahan (kasus), kemudian memikirkan pemecahan dengan menggunakan thinking skills. Ketua meluruskan jalannya diskusi dan penulis mencatat.
Diskusi dipimpin oleh seorang pemimpin diskusi. Pemimpin diskusi dapat dipegang oleh guru sendiri, tetapi dapat juga diserahkan kepada siswa bila guru ingin memberi kesempatan kepada siswa unluk belajar memimpin. Ada tiga peranan pemimpin diskusi ialah sebagai : 1) pengatur lalu lintas , 2) dindingpenangkis. 3) penunjuk jalan Pemimpin sebagai pengatur lalu lintas

3.Kegunaan Diskusi
Diskusi secara umum, digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan komunikasi siswa dan untuk menggalakkan siswa dalam pembelajaran. Namun secara khusus, menurut Tjokrodiharjo, diskusi digunakan oleh para guru untuk setidaknya 3 (tiga) tujuan pembelajaran yang penting yaitu: pertama, meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran. Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Ketiga, membantu siswa mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berpikir.
Menurut Suryosubroto, bahwa diskusi oleh guru digunakan apabila hendak:
a.Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh siswa.
b.Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing.
c.Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai.
d.Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan di sekolah.
e.Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
f.Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang i”lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun pelajaran di sekolah.
g.Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

4.Keunggulan dan Kelemahan Metode Diskusi
Keunggulan pembelajaran model diskusi kelas adalah sebagai berikut;
a) Dengan diskusi siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara bebas.
b) Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM.
c) Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.
d) Diskusi melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
e)Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
f)Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
Kelemahan pembelajaran model diskusi kelas adalah sebagai berikut;
a)Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadanh-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
b)Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnyamengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya.
c)Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
d)Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol saja.
e)Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah.
f)Jumlah siswa yang terlalu besar di dalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
5.Usaha-usaha Meminimalisasai Segi-segi Negatif Metode Diskusi
Untuk mengatasi beberapa kelemahan tesebut, maka usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain:
a)Guru harus mampu mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
b)Mengusahakan penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi.
c)Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi, dan berperan sebagai penangkis terhadap pertanyaan yang diajukan peserta didik.
d)Guru hendaknya memperhatikan pembicaraan agar fungsi guru sebagai pemimpin diskusi dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode diskusi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru yaitu:
a)Menjelaskan kembali apa yang menjadi pokok permasalahan apabila ada gejala pembahasan akan menyimpang dari pokok permasalahan semula.
b) Menyerahkan gagasan baru dalam melihat masalah yang didiskusikan.
c) Menunjukkan aspek-aspek penting yang menjadi pokok pembahasan yang ditinjau dari berbagai segi pemecahan masalah.
d) Menyimpulkan semua yang telah dikemukakan siswa, di mana titik pertemuannya dan titik perbedaannya, dijelaskan kembali pada siswa.

B.Penerapan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Sejarah
Masalah metode besar dampaknya terhadap hasil belajar siswa. Jika seorang siswa bersikap acuh dan malas mengikuti pelajaran, maka salah satu penyebabnya adalah masalah metode mengajar yang digunakan guru. Dalam pembelajaran Sejarah Islam, hal seperti ini seringkali dihadapi oleh sebahagian besar guru. Kurangnya minat siswa mempelajari Sejarah Islam disebabkan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung secara imposisi. Hal ini mengakibatkan kejenuhan pada anak didik. Oleh karena itu, salah satu metode yang tepat digunakan oleh guru adalah metode diskusi.
Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran Sejarah Islam mampu membangkitkan keaktifan siswa sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran Sejarah berisi informasi-informasi yang telah terjadi di masa lampau. Penggunaan satu metode seperti metode ceramah saja akan mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Siswa akan lebih pasif dengan hanya duduk mendengarkan uraian guru. Tetapi, dengan metode diskusi, siswa lebih aktif dan jawaban hasil diskusi akan membawa kesan yang mendalam pada siswa. Dengan kata lain, metode diskusi tepat digunakan dalam pembelajaran Sejarah. Meskipun demikian, disamping kelebihan dari metode tersebut, terdapat pula kelemahan-kelemahan-kelemahan dalam penerapannya. Olehnya itu, seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menerapkannya. Mulai dari persiapan, pelaksanaannya serta akhir dari proses pembelajaran.

Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah

On 0 komentar

By, Mustanan, Mahasiswa PPS UIN Alauddin Konsebtrasi Pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam

A. LATAR BELAKANG SOSIAL POLITIK PADA MASA BANI UMAYYAH
Setelah pada tanggal 20 Ramadhan 40 H Ali ditikam oleh Ibnu Muljam, salah satu pengikut Khawarij, kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya (Hasan bin Ali) selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternyata sangat lemah, sementara pengaruh Muawiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjannjian damai. Perjanjian itu dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam suatu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah bin Abi Sufiyan. Di sisi lain perjanjian itu menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H, tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun Jama’ah (‘am al jama’ah). Dengan demikian telah berakhirlah masa Khulafa’ur Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayah dalam sejarah politik Islam.
Muawiyyah adalah pendiri dinasti Umayyah, ia merupakan putra dari Abu Sufyan ibn Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abd Manaf. Ibunya adalah Hidun binti Utbah ibn Rabiah ibn Abd Syan ibn Abd Manaf. Sebagai keturunan Abd Manaf, Muawiyah mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad. Ia masuk Islam pada hari penaklukkan kota Mekkah (Fathul Mekkah) bersama penduduk Mekkah lainnya. Ketika itu Muawiyyah berusia 23 tahun.
Mu’awiyah (memerintah661-680) adalah orang yang bertanggung jawab atas perubahan sistem. sukses kepemimpinannya dari yang bersifat demokratis dengan cara pemilihan kepada yang bersifat keturunan. Bani Umayyah berhasil mengokohkan kekhilafahan di Damascus selama 90 tahun (661-750). Pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damascus menandai era baru.
Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam perkembangan masyarakat di bidang politik, ekonomi dan sosial. hal ini didukung oleh pengalaman politik Mu`awiyah sebagai Bapak pendiri daulah tersebut yang telah mampu mengendalikan situasi dan menepis berbagai anggapan miring tentang pemerintahannya. M.Muawiyah bin Abu sufyan adalah seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah Utsman bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih kekuasaan dari genggaman keluarga Ali bin Abi Thalib.
Pada masa dinasti Umayyah politik telah mengalami kamajuan dan perubahan, sehingga lebih teratur dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan), dibentuknya Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan), Organisasi Keuangan, Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata Usaha Negara.

B. PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASA BANI UMAYYAH
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi,. Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa, amuoun seni suara.
Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayyah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tingginya gurunya ulama yang dalam ilmunya dan masyhur ke’aliman dan kesalehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang. Baik di Kuttab atau di Masjidpada tingkat menengah. Pada tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri oleh pelajar bersama-sama.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada Kuttab pada mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
a. Belajar membaca dan menulis
b. Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
c. Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara wudhu, shalat, puasa dan sebagainya.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a. Al-Qur’an dan tafsirannya.
b. Hadis dan mengumpulkannya.
c. Fiqh (tasri’).
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
1. Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh. Proses pembukuan Hadist terjadi pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.
4. Budang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
Ada dinemika tersendiri yang menjadi karakteristik pendidikan Islam pada waktu itu, yakni dibukanya wacana kalam (baca: disiplin teologi) yang berkembang ditengah-tengah masyarakat. Sebagaimana dipahami dari konstitusi sejarah Bani Umayyah yang bersamaan dengan kelahirannya hadir pula tentang orang yang berbuat dosa besar, wacana kalam tidak dapat dihindari dari perbincangan kesehariannya, meskipun wacana ini dilatarbelakangi oleh faktor-faktor politis. Perbincangan ini kemudian telah melahirkan sejumlah kelompok yang memiliki paradigmas berpikir secara mandiri.
Pola pendidikan pada periode Bani Umayyah telah berkembang jika dilihat dari aspek pengajarannya, walaupun sistemnya masih sama seperti pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara.

C. MADRASAH/UNIVERSITAS PADA MASA BANI UMAYYAH
Perluasan negara Islam bukanlah perluasan dengan merobohkan dan menghancurkan, bahkan perluasan dengan teratur diikuti oleh ulama-ulama dan guru-guru agama yang turut bersama-sama tentara Islam. Pusat pendidikan telah tersebar di kota-kota besar sebagai berikut:Di kota Mekkah dan Madinah (HIjaz). Di kota Basrah dan Kufah (Irak). Di kota Damsyik dan Palestina (Syam). Di kota Fistat (Mesir).
Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
1) Madrasah Mekkah: Guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah penduduk Mekkah takluk, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an dan mana yang halal dan haram dalam Islam. Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu mengajar disana di Masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra. Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah Mekkah, yang termasyur seluruh negeri Islam.
2) Madrasah Madinah: Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti disana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka.
3) Madrasah Basrah: Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli Al Qur’an. Sedangkan Abas bin Malik termasyhur dalam ilmu hadis. Al-Hasan Basry sebagai ahli fiqh, juga ahli pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada pelajar-pelajar, bahkan juga mengajar orang banyak dengan mengadakan kisah-kisah di masjid Basrah.
4) Madrasah Kufah: Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu: ‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq, ‘Ubaidah, Al-Haris bin Qais dan ‘Amr bin Syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud. Bahkan mereka pergi ke Madinah.
5) Madrasah Damsyik (Syam): Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya banyak memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan Imam Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai ke Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap, karena besar pengaruh mazhab Syafi’I dan Maliki.
6) Madrasah Fistat (Mesir): Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir lama). Ia ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan saja menghafal hadis-hadis yang didengarnya dari Nabi S.A.W., melainkan juga dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi’in meriwayatkan hadis-hadis dari padanya.
Karena pelajar-pelajar tidak mencukupkan belajar pada seorang ulama di negeri tempat tinggalnya, melainkan mereka melawat ke kota yang lain untuk melanjutkan ilmunya. Pelajar Mesir melawat ke Madinah, pelajar Madinah melawat ke Kufah, pelajar Kufah melawat Syam, pelajar Syam melawat kian kemari dan begitulah seterusnya. Dengan demikian dunia ilmu pengetahuan tersebar seluruh kota-kota di Negara Islam.

pendidikan islam pada masa Rasulullah dan Khulafa al-Rasyidin

On 0 komentar

By: Mustanan

Pendidikan Islam Di Masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin

1. Pendidikan Islam Di Masa Rasulullah
Pada masa awal pendidikan Islam tentu saja pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara dan pendidikan formal baru muncul pada masa belakangan yakni dengan kebangkitan madrasah. Permulaan pendidikan Islam bisa ditemukan di Mekah pada zaman Rasulullah. Nabi Muhammad menyiarkan konsep perubahan radikal, hubungan dan sikap masyarakat Arab yang menjadi mapan sampai saat ini. Perubahan itu sejalan dengan ajaran Islam yang memerlukan kreatifitas baru secara kelembagaan untuk meneruskan kelangsungan dan perkembangan agama Islam.
Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad merupakan prototipe yang terus menerus dikembangkan umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Nabi Muhammad melakukan pendidikan Islam setelah mendapat perintah dari Allah sebagaimana termaktub dalam surat Al-Mudasir ayat 1-7, menyeru yang berarti mengajak, dan mengajak yang berarti mendidik.
Adapun pola pendidikan Islam periode Rasulullah dapat dibedakan kedalam dua fase, yaitu (1) fase Mekkah, dan (2) fase Madinah.

a)Fase Mekkah
Pola pendidikan ada secara sembunyi-sembunyi mengingat kondisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik isterinya Khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali Ibn Abi Thalib dan zaid Ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajaran tersebut disampaikan secara meluas tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awan, Sa’ad ibn Abu waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya, mereka semua tahap awal disebut Assabiquna al awwalun, artinya orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Lembaga pendidikan dan pusat pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam ibn Arqam.
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun waktu berikutnya, yang memerintahkan dahwah secara terbuka dan terang-terangan. Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam. Disamping itu, keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat pendidikan Islam sudah diketahui oleh kuffar Quraisy.

b)Fase Madinah
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan masjid. Setelah selesai pembangunan masjid, maka Nabi Muhammad Saw pindah menempati sebagian ruangannya yang memang disediakan untuknya. Demikian pula dengan kaum Muhajirin yang miskin yang tidak mampu membangun tempat tinggalnya sendiri. Masjid dijadikan pusat kegiatan Nabi Muhammad Saw bersama kaum muslimin, untuk secara bersama-sama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid, dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat.
Di masjid itulah, Nabi Muhammad membangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnya pengembangan bidang keilmuan atau pendidikan. Memang perintah Allah kepada Nabi Muhammad adalah untuk membuka pintu gerbang pengetahuan bagi manusia dengan mengajari atau mendidik. Nabi Muhammad sebagai seorang yang diangkat sebagai pengajar atau pendidik (mu’allim). Disamping itu beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah yang terkandung dalam al-Qur’a>n. Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad adalah pengajar atau pendidik muslim pertama.
Pada masa ini pendidikan Islam diartikan pembudayaan ajaran Islam yaitu memasukkan ajaran-ajaran Islam dan menjadikannya sebagai unsur budaya bangsa Arab dan menyatu kedalamnya. Dengan pembudayaan ajaran Islam ke dalam sistem dan lingkungan budaya bangsa arab tersebut, maka terbentuklah sistem budaya Islam dalam lingkungan budaya bangsa Arab.
Dalam proses pembudayaan ajaran Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa Arab berlangsung dengan beberapa cara. Ada kalanya Islam mendatangkan sesuatu ajaran bersifat memperkaya dan melengkapi unsur budaya yang telah ada dengan menambahkan yang baru. Ada kalanya Islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentangan dengan unsur budaya yang telah ada sebelumnya dan sudah menjadi adat istiadat. Ada kalanya Islam mendatangkan ajarannya bersifat meluruskan kembali nilai-nilai yang sudah ada yang praktiknya sudah menyimpang dari ajaran aslinya.

2. Pendidikan Islam Di Masa Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin atau Khulafa ar-Rasyidun adalah wakil-wakil atau khalifah-khalifah yang benar atau lurus. Mereka adalah pewaris kepemimpinan Rasulullah selepas kewafatan junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Para tokoh ini merupakan orang-orang yang arif bijaksana, jujur dan adil dalam memberikan keputusan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat.
Setelah Rasulullah wafat, peradaban Islam memberi contoh bagaimana cara mengendalikan negara dengan bijaksana (hikmat). Kebijaksanaan ini adalah politik yang mengandung hikmat, bergerak, berpikir, bertindak, berlaku dan berbuat, yang dalam istilah sekarang disebut taktik, strategi dam diplomasi yang berbau kelincahan dan kelicikan. Al-Qur’a>n dan al-Hadits telah menentukan batas-batas yang diperbolehkan dan yang tidak, serta memberikan jalan untuk berpikir, bermusyawarah, dan bertindak.

Adapun Khulafaur Rasyidin dalam sejarah Islam yang dimaksud terdiri dari pada empat orang sahabat sebagai berikut:

1.Masa Khalifah Abu Bakar
Setelah Rasulullah wafat,maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abubakar, Umar bin Khattab,Usman bin affan, danAli ibn Abi Thalib. Pada masa Abu Bakar, Pada awal pemerintahannya diguncang oleh pemberontakan dari orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku Nabi, dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Oleh karena itu beliau memusatkan perhatiannya untuk memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari Islam. Dengan demikian, dikirimlah pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rasulullah dan hafiz al-Qur’an, sehingga mengurangi jumlah sahabat yang hafal al-Qur’an. Adapun pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.
Menurut Ahmad Syalabi, lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasul yang terdekat.

2.Masa Khalifah Umar bin Khattab
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, situasi politik dalam keadaan stabil. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar Jazirah Arab, karena bangsa-bangsa tersebut memiliki alat dan kebudayaan yang berbeda dengan Islam, maka dipikirnya pendidikan Islam di daerah-daerah tersebut. Oleh karena itu Umar memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Untuk keperluan khususnya dalam kaitannya dengan pendidikan. Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru setiap daerah yang ditaklukan untuk bertugas mengajukan isi al-Qur’a>n dan ajaran Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Pada masa ini juga sudah terdapat pengajaran bahasa Arab. Dengan dikuasainya wilayah baru oleh Islam, menyebabkan munculnya keinginan untuk belajar bahasa Arab sebagai pengantar diwilayah-wilayah tersebut. Orang-orang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab jika mereka ingin belajar dan mendalami pelajaran Islam.

3.Masa Usman bin Affan
Pada masa khalifah Usman kedudukan peradaban Islam tidak jauh berbeda demikian juga pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Pada masa ini pendidikan Islam adalah pembudayaan ajaran agama Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa-bangsa disekitar jazirah arab, yang berlangsung bersamaan dan mengikuti berkembangnya wilayah kekuasaan Islam. Proses pengembangan pendidikan Islam pada masa ini sebagian besar memang diwarnai oleh pengajaran atau pembudayaan al-Qur’a>n dan sunnah ke dalam lingkungan budaya bangsa-bangsa secara luas pula. Para khalafaur Rasyidin dan sahabat adalah pelaku utama dalam proses pendidikan Islam masa ini, yang kemudian digantikan oleh para tabi’in. namun berkembang sebagaimana masa-masa sesudahnya. Begitu pula dalam hal pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa Nabi Muhammad Saw yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam disebabkan oleh perhatian umat Islam terhadap perluasan wilayah Islam dan terjadinya pergolakan politik.

4.Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Ali adalah khalifah keempat setelah Usman bin Affan. Pada pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah (isteri Nabi) beserta Talhah serta Abdullah bin Zubair karena kesalapahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman, peperangan di antara mereka disebut Peperangan Jamal (unta) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketengan dan kedamaian.
Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasannya. Peperangan ini disebut dengan peperangan Shiffin, karena terjadi di Shiffin. Ketika tentara Muawiyah terdesak oleh pasukan Ali, maka Muawiyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim (penyelesaian dengan adil dan damai). Semula Ali menolak, tetapi desakan sebagian tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan kekacauan, sebab Muawiyah bersifat curang. Dan dengan tahkim Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian tentara yang menentang keputusan Ali dengan cara tahkim, meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan.
Pada saat itu Ali tidak sempat memikirkan masalah pedidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. Namun demikian, pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’a>n dan Hadits Nabi.

Kerajaan Gowa

On 1 komentar

A.Asal-Usul Dan Perkembangan Kerajaan Gowa
1.Masa Sebelum Tumanurung
Sebelum zaman Tumanurung, ada empat raja yang pernah mengendalikan Pemerintahan Gowa yakni : Batara Guru, saudara Batara Guru yang dibunuh oleh Tatali (tak diketahui nama aslinya), Ratu Sapu atau Marancai dan Karaeng Katangka (Nama aslinya tak diketahui).
Keempat raja tersebut tak diketahui asal-usulnya serta masa pemerintahannya. Tapi mungkin pada masa itu, Gowa purba terdiri dari 9 kasuwiang ( kasuwiyang salapang) mungkin pula lebih yang dikepalai seorang penguasa sebagai raja kecil. Setelah pemerintahan Karaeng katangka, maka sembilan kerajaan kecil bergabung dalam bentuk pemerintahan federasi yang diketuai oleh Paccalaya.

2.Masa Tumanurung
Berdasarkan hasil penelitian sejarah, baik melalui lontarak maupun cerita yang berkembang di masyarakat, dapat diketahui bahwa munculnya nama Gowa dimulai pada tahun 1320, yakni pada masa pemerintahan Raja Gowa pertama bernama Tumanurunga.
Konon, sebelum Tumanurunga hadir di Butta Gowa, ada sembilan negeri kecil yang kini lebih dikenal dengan istilah Kasuwiang Salapanga yakni : Kasuwiang Tombolo, Lakiung, Samata, Parang-parang, Data, Agang Je’ne, Bisei, Kalling dan Sero. Kesembilan negeri tersebut mengikatkan diri dalam bentuk persekutuan atau pemerintahan federasi dibawa pengawasan Paccallaya (Ketua Dewan Pemisah).
Walaupun mereka bersatu, tetapi ke sembilan negeri tersebut sering dilanda perang saudara antara Gowa di bagian utara dan Gowa di bagian selatan. Paccallaya sebagai ketua federasi tak sanggup mengatasi peperangan tersebut. Hal tersebut karena Paccallaya hanya berfungsi sebagai lambang yang tidak memiliki pengaruh kuat terhadap anggota persekutuan yang masing-masing punya hak otonom.
Untuk mengatasi perang saudara tersebut, diperlukan seorang pemimpin yang kharismatik dan dapat diterima oleh kesembilan kelompok tersebut. Terdengarlah berita orang Paccallaya, bahwa ada seorang putri yang turun di atas bukit Tamalate tepatnya di Taka’bassia. Saat penantian, orang-orang yang berada di Bonto Biraeng melihat seberkas cahaya dari utara bergerak perlahan-lahan turun menuju Taka’bassia.
Kejadian itu cepat diketahui oleh Gallarang Mangasa dan bolo yang memang diserahi tugas mencari tokoh yang bisa menjadi pemersatu kaum yang berseteru itu. Paccalaya bersama ke sembilan kasuwiang bergegas ke Taka’bassia. Di sana mereka duduk mengelilingi cahaya sambil bertafakur. Cahaya itu kemudian menjelma menjadi seorang putri yang cantik jelita disertai pakaian kebesarannya antara lain berupa mahkota.
Baik Paccalaya maupun Kasuwiang tak mengetahui nama putri tersebut, sehingga mereka sepakat memberi nama Tumanurung Bainea atau Tumanurung, artinya orang (wanita) yang tidak diketahui asal usulnya.
Karena putri ratu tersebut memiliki keajaiban, Paccalaya dan Kasuwiang Salapang sepakat untuk mengangkat Tumanurung sebagai rajanya. Paccalaya kemudian mendekati Tumanurunga seraya bersembah “Sombangku!” (Tuanku), kami datang semua ke hadapan sombangku, kiranya sombangku sudi menetap di negeri kami dan menjadi raja di negeri kami.
Permohonan Paccalaya tersebut dikabulkan, dan berseru “Sombai Karaengnu tu Gowa (Sombalah rajamu hai orang Gowa). Baik Kasuwiang maupun warga yang ada di sekitar itu berseru “Sombangku”. Setelah Tumanurunga resmi menjadi Raja Gowa pertama pada tahun 1320 negeri Gowa kembali menjadi aman.
Masa pemerintahan Tumanurunga berlangsung sejak tahun 1320-1345. Diriwayatkan, Tumanurunga kemudian kawin dengan Karaeng Bayo, yaitu seorang pendatang yang tidak diketahui asal usulnya. Hanya dikatakan berasal dari arah selatan bersama temannya Lakipadada. Dari hasil perkawinan tersebut lahirlah Tumassalangga Baraya yang nantinya menggantikan ibunya menjadi raja Gowa kedua (1345-1370).
Menjelang abad XVI, pada masa pemerintahan Raja Gowa VI, Tunatangka Lopi, membagi wilayahnya menjadi dua bagian terhadap dua orang putranya, yaitu Batara Gowa dan Karaeng Loe Ri Sero. Batara Gowa melanjutkan kekuasaan ayahnya yang meninggal dunia. Wilayahnya meliputi (1) Paccelekang, (2) Patalassang, (3) Bontomanai Ilau, (4) Bontomanai Iraya, (5) Tombolo, dan (6) Mangasa.
Adiknya, Karaeng Loe ri Sero, mendirikan kerajaan baru yang bernama kerajaan Tallo dengan wilayah sebagai berikut: (1) Saumata,(2) Pannampu, (3) Moncong Loe, dan (4) Parang Loe.
Beberapa kurun waktu, kedua kerajaan itu terlibat pertikaian dan baru berakhir pada masa pemerintahan Raja Gowa IX Karaeng Tumapakrisik Kallonna. Setelah melalui perang, beliau berhasil menaklukkan pemerintahan raja Tallo III I Mangayaoang Berang Karaeng Tunipasuru. Sejak itu, terbentuklah koalisi antara Kerajaan Gowa dan Tallo, dengan ditetapkannya bahwa Raja Tallo menjadi Karaeng Tumabbicara butta atau Mangkubumi (Perdana menteri) Kerajaan Gowa. Begitu eratnya hubungan kedua kerajaan ini sebagai kerajaan kembar, sehingga lahir pameo di kalangan rakyat Gowa dan Tallo dalam peribahasa “Dua Raja tapi hanya satu rakyat (Ruwa Karaeng Se’re Ata). Kesepakatan ini diperkuat oleh sebuah perjanjian yang dibuat dua kerajaan ini ,”iami anjo nasitalli’mo karaenga ri Gowa siagang karaenga ri Tallo, gallaranga iangaseng ribaruga nikelua. Ia iannamo tau ampasiewai Goa-Tallo, iamo macalla rewata”.

3.Masa Perkembangan Kerajaan Gowa
Pada permulaan abad ke-XVI kerajaan Gowa mengalami kemajuan di bidang Ekonomi dan politik pada masa pemerintahan Raja Gowa IX Daeng Matanre Karaeng Manguntungi bergelar “Tumapakrisik Kallonna”, dan dipindahkanlah Ibukota dari istana kerajaan dari Tamalate ke Somba Opu.
Disana beliau membangun sebuah dermaga yang menjadikan Gowa sebagai Kerajaan Maritim yang terkenal di wilayah nusantara bahkan sampai ke luar negeri. Bandar niaga Somba Opu dijadikan bandar transito sehingga ramai dikunjungi pedagang dari luar negeri.
Pada masa Karaeng Tumapakrisik Kallonna itu pula, Gowa telah berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menaklukkan berapa daerah di sekitarnya, seperti Garassi, Katingan, Mandalle, Parigi, Siang (Pangkajene), Sidenreng, Lempangan, Bulukumba, Selayar, Panaikang, Campaga, Marusu, Polongbangkeng (Takalar), dan lain-lain. selanjutnya Sanrobone, Jipang, Galesong, Agang Nionjok, Tanete (Barru), Kahu, dan Pakombong dijadikannya sebagai Palilik atau kerajaan taklukan Gowa tetapi masih diberi kesempatan memerintah. Mereka diwajibkan membayar sabbukati (bea perang) dan mengakui supremasi Kerajaan Gowa.
Pada masa Karaeng Tumapakrisik Kallonna ini pula, Gowa mulai dikenal sebagai bandar niaga yang ramai dikunjungi dan disinggahi oleh kapal-kapal untuk melakukan bongkar muat rempah-rempah. Setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511, banyak pedagang dari negara asing yang berdatangan ke Makassar, termasuk orang Melayu pada tahun 1512, juga orang Portugis yang pertama datang ke Makassar (Gowa –Tallo) menjalin hubungan persahabatan dan perdagangan pada tahun 1538. Orang Portugis inilah yang banyak mendapati kapal-kapal Makassar berkeliaran di sekeliling perairan Nusantara, bahkan sampai ke India, Siam (Muangthai) dan Filipina Selatan.
Untuk memperkuat pertahanan dan kedudukan istana di Somba Opu, Karaeng Tumapakrisik Kallonna memerintahkan untuk membangun sebuah benteng dari gundukan tanah yang mengelilingi istana pada tahun 1525. Benteng tersebut sekarang lebih dikenal dengan nama Benteng Somba Opu. Putra Karaeng Tumapakrisik Kallonna sebagai Raja Gowa X Karaeng Tunipallangga Ulaweng selanjutnya merenovasi benteng tersebut dengan tembok bata serta membangun benteng pertahanan lainnya, antara lain benteng Tallo, Ujung Tanah, Ujung Pandang, Mariso, Panakukang, Garassi, Galesong, Barombong, Anak Gowa dan Kalegowa.
Setelah karaeng Tumapakrisik Kallonna wafat, beliau digantikan oleh puteranya I Manriogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565) sebagai Raja Gowa X beserta mengkubuminya Nappakata`tana Daeng Padulung (Raja Tallo), melanjutkan cita-cita ayahandanya. Beliau memperkuat benteng-benteng pertahanan kerajaan dengan menjadikan Benteng somba Opu sebagai benmteng utama. Politik ekspansinya berjalan dengan baik. Kerajaan yang tidak mau tunduk pada pengaruh Gowa dianggap sebagai saingan yang harus ditaklukkan. Oleh karena itu Ia menyerang Bone yang waktu itu di bawah kekuasaan Raja bone VII, La Tenrirawe Bongkange Matinro Ri Gucina.
Setelah Tonipallangga meninggal dunia, Ia digantikan oleh Tonibatta (1565) sebagai Raja Gowa XI. Nama lengkapnya adalah I Tajibarani Daeng Marompa, Karaeng Data, Tonibatta. Baginda adalah yang paling pendek masa jabatannya, yakni hanya 40 hari. Baru saja menduduki tampuk kekuasaan, ia langsung mengadakan ekspansi ke kerajaan Bone. Tonibatta tewas dalam keadaan tertetak sehingga digelar Tonibatta.
Jenazah Baginda dikembalikan ke Gowa diiringi pembesar-pembesar terkemuka kerajaan Bone. Beberapa saat setelah upacara berkabung selesai, dilakukanlah perundingan perdamaian antara kedua kerajaan. Perjanjian itu biasa disebut Ulukanaya ri Caleppa ( kesepakatan di caleppa). Setelah perundingan selesai, Raja Bone beserta penasehatnya Kajaolalido langsung ke Gowa mengikuti pelantikan Raja Gowa XII, Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa Tonijallo (1565-1590).
Keadaan damai dimanfaatkan oleh kerajaan bone untuk menyusun aliansi Tellunpoccoe atau “tiga puncak kerajaan Bugis” untuk menghadapi agresi Gowa. Tonijallo memandang aliansi ini sebagai ancaman langsung terhadap supremasi Gowa. Oleh karena itu, pada tahun 1583 ia melancarkan serangan terhadap Wajo. Tujuh tahun kemudian 1590, serangan dilanjutkan kembali tetapi Gowa tetap tidak mampu mengalahkan Tellumpoccoe. Tonijallo sendiri tewas diamuk oleh pengikutnya.
Sepeninggal Tonijallo, Ia digantikan oleh I Tepu Karaeng Daeng Parambung Karaeng ri Bontolangkasa Tonipasulu sebagai Raja Gowa XIII (1590-1593). Tidak banyak aktifitas yang dilakukannya sebab ia hanya memerintah selama tiga tahun, kemudian dipecat dari jabatannya. Pemecatan dilakukan karena banyak perbuatannya yang buruk, seperti pembunuhan dan pemecatan pejabat kerajaan secara semena-mena.
Pengganti tonipasulu adalah saudaranya I Manggerangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin Tu Menanga ri Gaukanna, Raja Gowa ke-14, putra Tunijallo. Beliau dinobatkan ketika berumur 7 tahun . Oleh karena itu, pemerintahan kerajaan dijalankan oleh Mangkubumi/Raja Tallo-I yang bernama I Mallingkaang Daeng Manyonri` Karaeng Katangka, Karaeng Matoaya, Tumenanga Ri Agamana, Sultan Awwalul Islam.

4.Islamisasi Kerajaan Gowa
Penerimaan Islam pada beberapa tempat di Nusantara memperlihatkan dua pola yang berbeda. Pertama, Islam diterima oleh masyarakat bawah, kemudiaan berkembang dan diterima oleh masyarakat lapisan atas disebut bottom up. Kedua, Islam diterima langsung oleh elite penguasa kerajaan kemudian disosialisasikan dan berkembang pada lapisan masyarakat bawah disebut top down. Penerimaan Islam di Gowa menurut penulis sejarah Islam, memperlihatkan pola yang kedua.
Kerajaan yang mula-mula memeluk Islam dengan resmi di Sulawesi Selatan adalah kerajaan kembar Gowa-Tallo. Tanggal peresmian Islam itu menurut lontara Gowa dan Tallo adalah malam Jum’at, 22 September 1605, atau 9 Jumadil Awal 1014 H. Dinyatakan bahwa Mangkubumi kerajaan Gowa / Raja Tallo I Mallingkaeng Daeng Manyonri mula-mula menerima dan mengucapkan kalimat Syahadat (Ia di beri gelar Sultan Abdullah Awwalul Islam) dan sesudah itu barulah raja Gowa ke-14 Mangenrangi Daeng Manrabia (Sultan Alauddin). Dua tahun kemudian seluruh rakyat Gowa-Tallo memeluk agama Islam berdasar atas prinsip cocius region eius religio, dengan diadakannya shalat Jumat pertama di masjid Tallo tanggal 9 November 1607 / 19 Rajab 1016 H.
Adapun yang mengislamkan kedua raja tersebut ialah Datu ri Bandang (Abdul Makmur Chatib Tunggal) seorang ulama datang dari Minangkabau (Sumatera) ke Sulawesi Selatan bersama dua orang temannya yakni Datu Patimang (Chatib Sulaeman) yang mengislamkan pula Raja Luwu La Pataware Daeng Parabung dan Datu ri Tiro (Chatib Bungsu) yang menyebar Agama Islam di Tiro dan sekitarnya.
Sekitar enam tahun kemudian, kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan pun menerima Islam. Penyebarannya di dukung oleh Kerajaan Gowa sebagai pusat kekuatan pengislaman. Kerajaan bugis seperti Bone, Soppeng, Wajo dan Sidenreng, berhubung karena menolak, akhirnya Raja Gowa melakukan perang, karena juga dianggap menentang kekuasaan Raja Gowa. Setelah takluk, penyebaran Islam dapat dilakukan dengan mudah di Kerajaan Bugis.

B. Zaman Keemasan
Setelah Kerajaan Gowa menerima Islam, semakin menapak puncak kejayaannya. Pada masa pemerintahan Raja Gowa XV I Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng Lakiung Sultan Malikulsaid (1639-1653), kekuasaan dan pengaruhnya kian meluas dan diakui sebagai pemegang hegemoni dan supremasi di Sulawesi Selatan, bahkan kawasan Timur Indonesia.
Kemashuran Sultan Malikulsaid sampai ke Eropa dan Asia, terutama karena pada masa pemerintahannya, dia ditunjang oleh jasa-jasa Karaeng Pattingalloang sebagai Mangkubuminya yang terkenal itu, baik dari segi sosok kecendiakawanannya maupun keahliannya dalam berdiplomasi. Tidak heran, Gowa ketika itu telah mampu menjalin hubungan internasional yang akrab dengan raja-raja dan pembesar dari negara luar, seperti Raja Inggris, Raja Kastilia di Spanyol, Raja Portugis, Raja Muda Portugis di Gowa (India), Gubernur Spayol dan Marchente di Mesoliputan (India), Mufti Besar Arabia dan terlebih lagi dengan kerajaan-kerajaan di sekitar Nusantara.
Kerjasama dengan bangsa-bangsa asing, terutama Eropa sejak Somba Opu menjadi Bandar Niaga Internasional. Bangsa Eropa gemar dengan rempah-rempah telah menjalin hubungan dagang dengan Gowa, seperti Inggris, Denmark, Portugis, Spanyol, Arab, dan Melayu. Mereka telah mendirikan kantor perwakilan dagang di Somba Opu. Dari tahun ke tahun hubungan Kerajaan Gowa dengan bangsa Eropa tidak mengalami ronrongan. Barulah terganggu setelah kehadiran orang-orang Belanda yang ingin memonopoli perdagangan dan menjajah.
Tanggal 5 November 1653 Sultan Malikulsaid wafat setelah mengendalikan pemerintahan Gowa selama 16 tahun. Beliau digantikan oleh puteranya I Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin yang menjadi raja Gowa XVI (1653-1669). Dimasa Hasanuddin inilah ketegangan Gowa dengan Belanda kian meruncing. Hal tersebut karena sikap beliau sangat tegas dan tak mau tunduk pada Belanda. Tahun 1654-1655 terjadi pertempuran hebat antara Gowa dan Belanda di kepulauan Maluku. April 1655 armada Gowa yang langsung dipimpin Hasanuddin menyerang Buton, dan berhasil mendudukinya serta menewaskan semua tentara Belanda di negeri itu.
Setelah Belanda melihat kenyataan peperangan di Kawasan Timur Nusantara banyak menimbulkan kerugian menghadapi Gowa. Belanda dengan berbagai siasat menawarkan perdamaian. Tahun 1655 Belanda mengutus Willem Vanderbeck bersama Choja Sulaeman menghadap Sultan membawa pesan damai dari Gubernur jenderal Joan Maectsuyker tetapi tidak berhasil. Tanggal 17 Agustus 1655 tercapai perjanjian perdamaian 26 pasal sebagai hasil perundingan antara utusan Gowa yang diwakili Karaeng Popo dengan Gubernur Jenderal Belanda yang diwakili Dewan Hindia, Van Oudshoon. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Panglima perang Belanda Mayor Van Dam di Batavia.
Perjanjian itu kemudian oleh Sultan dianggap sangat merugikan Gowa, terutama atas pasal larangan orang-orang Makassar berdagang di Banda dan Ambon, maka Gowa akhirnya menolak perjanjian itu. Tanggal 20 November 1655 utusan Gubernur Jenderal Joan Maetsyuiker untuk sekian kalinya mencoba lagi menawarkan perdamaian dengan mengutus van Wesenhager, tetapi Gowa menolaknya karena tuntutannya merugikan Gowa. Demikian berbagai siasat perdamaian yang diajukan Belanda selalu gagal sehingga permusuhan tidak terelakkan, sehingga terjadi pertempuran poun terus bergolak antara Gowa dengan Belanda, mulai dari perairan Maluku, Banda sampai Makassar.
Karena Belanda putus asa menghadapi kegigihan rakyat Gowa dibawa pimpinan Sultan Hasanuddin, maka pada bulan Oktober 1666 Belanda menggerakkan armada persenjataannya yang paling kuat dibawa pimpinan Cornelis Speelman ke perairan Indonesia bagian timur, guna meruntuhkan kerajaan Gowa dan pengaruh hegemoninya. Dengan dibantu pasukan Bone dan pengikut Aruppalakka, dan pasukan Ambon dibawa pimpinan Kapten Yonker dalam perang melawan Gowa. Posisi Gowa saat itu, tidak hanya berperang melawan bangsa asing tetapi juga bangsanya sendiri.
Tahun 1667 perang besarpun bergolak antara Pasukan Gowa dengan Belanda. Karena kekuatan tidak seimbang, menyebabkan benteng milik Gowa satu persatu direbut Belanda dan sekutunya, seperti benteng galesong, Barombong melalui pertempuran sengit yang banyak menelan korban kedua belah pihak.
Melihat Gowa dalam posisi yang kurang menguntungkan, Speelman mengajukan tawaran perundingan. Tawaran tersebut diterima Sultan dengan pertimbangan, bukan karena takut berperang tetapi demi menghindari bertambahnya pertumpahan darah yang lebih banyak di kalangan orang-orang Makassar maupun sesama bangsa sendiri. Atas pertimbangan itu, Sultan Hasanuddin terpaksa menerima perdamaian dengan Belanda dengan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.
Dengan perjanjian Bongaya, Rakyat Gowa sangat dirugikan maka perangpun kembali berkecamuk. Pertempuran hebat itu membuat Belanda cemar, sehingga menambah bala bantuan dari batavia. Dalam pertempuran dahsyat Juni 1669 yang cukup banyak menelan korban di kedua belah pihak, akhirnya Belanda berhasil merebut benteng pertahanan yang paling kuat di Somba Opu. Benteng Somba Opu diduduki Belanda sejak 12 Juni 1669 dan kemudian dihancurkan, setelah pasukan Gowa mempertahankannya dengan gagah berani.
Perkembangan selanjutnya setelah Sultan Hasanuddin, Raja-raja Gowa masih terus melakukan perlawanan dengan Belanda. Hal itu dibuktikan dengan gigihnya perlawanan Raja Gowa XVIII Sultan Muhammad Ali (Putra Sultan Hasanuddin) yang gugur dalam tahanan Belanda di Batavia (Jakarta) pada tahun 1680. Raja Gowa XXVI Batara Gowa II setelah tertangkap dan diasingkan ke Sailon. Tidak terhitung putra-putri terbaik Gowa lainnya telah berjuan dan gugur di medan perang membela tanah airnya.

C. Masa Kemunduran dan Keruntuhan
Peperangan demi peperangan melawan Belanda dan bangsanya sendiri (Bone) yang dialami Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap perekonomian Gowa. Sejak kekalahan Gowa dengan Belanda terutama setelah hancurnya benteng Somba Opu, maka sejak itu pula keagungan Gowa yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya akhirnya mengalami kemunduran. Akibat perjanjian Bongaya, pada tahun 1667 sultan Hasanuddin Tunduk. Dalam perjanjian itu, nyatalah kekalahan Makassar. Pardagangannya telah habis dan negeri-negeri yang ditaklukkannya harus dilepaskan. Apalagi sejak Aru Palakka menaklukkan hampir seluruh daratan Sulawesi Selatan dan berkedudukan di Makassar, maka banyak orang Bugis yang pindah di Makassar. Sejak itu pula penjajahan Belanda mulai tertanam secara penuh di Indonesia.
Makassar, sebagai ibukota kerajaan Gowa mengalami pengalihan-pengalihan baik dari segi penguasaan maupun perkembangan-perkembangannya. Pengaruh kekuasaan gowa makin lama makin tidak terasa di kalangan penduduk Makassar yang kebanyakan pengikut Aru Palaka dan Belanda . benteng Somba Opu yang selama ini menjadi pusat politik menjadi kosong dan sepi. Pemerintahan kerajaan Gowa yang telah mengundurkan diri dari Makassar ( Yang berada dalam masa peralihan) ke Kale Gowa dan Maccini Sombala tidak dapat dalam waktu yang cepat memulihkan diri untuk menciptakan stabilitas dalam negeri. Namun demikian Sultan Hasanuddin telah menunjukkan perjuangannya yang begitu gigih untuk membela tanah air dari cengkraman penjajah. Sebagai tanda jasa atas perjuangan Sultan Hasanuddin, Pemerintah Republik Indonesia atas SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 10 November 1973 menganugerahi beliau sebagai Pahlawan Nasional.
Demikian Gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak Raja Gowa pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad XVIII kemudian sampai mengalami transisi setelah bertahun-tahun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam pada itu, sistem pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa XXXVI Andi Idjo Karaeng Lalolang, setelah menjadi bagian Republik Indonesia yang merdeka dan bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II Otonom. Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah sebagai Raja Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.