SUMBER DAN CARA MEMPEROLEH ILMU

On Sabtu, 14 Mei 2011 0 komentar

OLEH:MUSTANAN
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gelimuti sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterusterang kepada diri kita sendiri : apakah yang saya ketahui sebenarnya?, tentang ilmu apa ciri-cirinya yang membedakan ilmu dan pengetahuan-pengetahuan lainya yang bukan ilmu. Potensi karsa inilah menjadi dorongan rasa ingin tahu itu muncul dan berkembang.
Karena pengetahuan merupakan suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Ilmu pengetahuan senantiasa memiliki subyek, yakni yang mengetahui, karena tanpa ada yang mengetahui tidak mungkin ada ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan juga berkaitan erat dengan kebenaran karena demi mencapai kebenaranlah ilmu pengetahuan itu eksis.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka dapat kita mengabil rumusan dan masalah sesuai dengan judul makalah “Sumber dan Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan” sebagai berikut:
1. Sumber ilmu pengetahuan
2. Cara memperoleh ilmu pengetahuan.














BAB II
“SUMBER DAN CARA MEMPEROLEH ILMU PENGETAHUAN”

A. Sumber Ilmu Pengetahuan
Ada beberapa sumber ilmu pengetahuan yang kita ketahui yaitu: kepercayaan yang berdasarkan tradisi, kebiasaan-kebiasaan dan agama, kesaksian orang lain, panca indra/pengalaman, akal pikiran dan intuisi pemikiran.
Akan tetapi pada hakekatnya sumber ilmu pengetahuan itu ada dua : Wahyu (al-Qur’an dan Sunnah) dan Alam semesta.
1. Wahyu (al-Qur’an dan Sunnah)
Wahyu merupakan ayat-ayat Allah yang tersurat, berupa kalam atau firman-Nya yang datang melalui Rasulullah saw, kemudian dikenal dengan ayat kauliayah.
Mengapa wahyu dijadikan sumber pengetahuan? Karena dalam Islam dapatlah dikatakan bahwa pedoman hidup seseorang muslim adalah al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya merupakan wahyu Allah yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw, secara tegas Allah mengatakan bahwa al-Qur’an diturunkan untuk menjadi hudan lil muttaqin (petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa) atau hudan linnas (petunjuk bagi ummat manusia). Ia juga merupakan al-Bayyinah (Penjelas) segala sesuatu dan al-Furqan (pembeda) antara yang haq dan yang bathil. Petunjuk kejalan yang lurus.
2. Alam
Alam semesta, bumi, langit beserta segala isinya merupakan ciptaan Allah SWT, termasuk segala peristiwa, fenomena, dan hukum-hukumnya. Yang selalu dikenal dengan sunnatullah fi al-Kaum (hukum alam)
Alam semesta, bumi, langit beserta segala isinya, Allah peruntukkan kepada manusia. Manusia sesuai dengan kehadirannya di muka bumi sebagai khalifah, diberi wewenang dan hak untuk mengelolah dan memanfaatkannya, untuk kebahagian lahir dan bathin.
Sebagaimana Firman-Nya (QS Lukman 20):
  •    •             ••            

Terjemahnya :

Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.

Kreativitas manusia dalam mengelolah alam semesta, akan melahirkan berbagai inovasi sesuai dengan tuntunan perkembangan zaman dan pradaban. Variasi dari objek penilitian terhadap alam tersebut, akan melahirkan ilmu alam, ilmu eksakta (pasti) termasuk sains dan teknologi. Keberadaan ilmu-ilmu ini, lebih banyak mendekati kebenaran, dalam arti sesuai dengan ayat-ayat al-Qur’an dan Sunnah, sebab yang dikaji adalah sunnatullah fil kaum yang bersifat tetap dan pasti.
Dengan demikian sudah dapat kita ketahui bahwa sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari dua sumber yaitu al-Qur’an dan Alam semesta. Berbeda halnya dengan pemikiran ala Barat yang mengandalkan hanya satu sumber, yakni alam atau universum, dan dalam memahaminya pun hanya mengandalkan kemampuan indra dan akal, yang jelas kemampuannya sangat terbatas.
B. Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja melalui cara-cara dan dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan juga bermacam-macam jenis dan sifatnya. Ada yang langsung dan ada yang tidak langsung, ada yang bersifat tidak tetap dan ada yang bersifat tetap, objektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan tergantung pada sumbernya dan dengan cara dan alat apa pengetahuan itu diperoleh. Kemudian, ada pengetahuan yang benar dan ada pengetahuan yang salah tentu saja yang dikehendaki adalah pengetahuan yang benar.
Telah disebutkan di atas bahwa keinginan atau kemauan merupakan salah satu unsur kekuatan kejiwaan manusia. Keinginan merupakan bagian integral dari tri potensi kejiwaan : cipta/akal, rasa, dan karsa/kemauan/ keinginan. Ketiganya berada dalam suatu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Potensi karsa inilah yang menjadi dorongan rasa ingin tahu itu muncul dan berkembang.
Dorongan ingin tahu manusia itu tidak terbatas. Manusia secara terus menerus ingin mengetahui apa saja sampai ia puas. Karena segala sesuatu yang terdapat pada kita akibat apa yang telah difikirkan, yakni berdasarkan fikiran kita dan dibentuk oleh fikiran kita.
Lebih jauh lagi dorongan untuk melakukan sesuatu dengan kehendak fikiran diilhami oleh adanya dimensi rohani. Menurut al-Gazali dimensi rohani manusia mempunyai empat kekuatan :
1. Qalbu
Berarti segumpal daging yang bundar memanjang. Terletak di pinggir kiri dalam dada. Di dalamnya terdapat lubang-lubang. Lubang-lubang inilah di isi dengan dara hitam yang merupakan sumber dan tambang dari nyawa. Secara psikis. Qalbu berarti sesuatu yang halus, rohani berasal dari alam ketuhanan. Qalbu dalam pengetian kedua ini disebut hakekat manusia. Dialah yang merasa, mengetahui, dan mengenal serta yang diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya.
2. Ruh
Secara biologis ialah tubuh halus yang bersumber pada lubang qalb, yang tersebar kepada lubang tubuh dengan perantaraan urat-urat. Sedangkan pengertian kedua ialah sesuatu yang halus mengetahui dan merasa.
3. Nafs
Kekuatan yang menghimpun sifat-sifat tercelah pada manusia, yang harus dilawan dan diperangi.

4. Akal
Pengetahuan segala hakekat segala keadaan. Akal itu ibarat sifat-sifat ilmu yang tempatnya di hati. Pengertian kedua ialah memperoleh pengetahuan itu dan itu adalah hati.
Secara garis besar, dalam ilmu pengetahuan terdapat hubungan antara subyek dengan obyek kesadaran, antara ilmuan dan pengetahuan alam dengan batasan pengetahuan. Kondisi itu memberikan arti bagaimanakah cara memperoleh ilmu pengetahuan yang holistik dan cara empiris.
Disamping rasionalisme emperisme masih terdapat cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Yang penting kita ketahuai adalah Intuisi dan wahyu. Sampai sejauh ini pengetahuan yang didapatkan secara rasional maupun secara empiris, kedua-duanya merupakan induk produk dari sebuah rangkaian penalaran.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui peroses penalaran tertentu. Karena seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawabannya atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui peroses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja ia sudah sampai di situ.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan oleh para Nabi-nabi yang di utusnya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan, bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun mencakup masalah-masalah yang bersifat transendental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.
Dengan demikian Ilmu Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara yaitu:
1. Merupakan kegiatan aktif manusia untuk mencari kebenaran
a. Menggunakan pola pikir tertentu (penalaran, logika)
b. Tidak menggunakan pola berpikir tertentu (perasaan, intuisi)
2. Bukan merupakan kegiatan aktif manusia, tetapi sesuatu yang ditawarkan oleh wahyu.





BAB III
KESIMPULAN

Pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa :
1. Sumber ilmu pengetahuan berasal dari Wahyu dan alam semesta.
2. Dengan sumber di atas maka digunakanlah kepercayaan yang berdasarkan tradisi, kebiasaan-kebiasaan dan agama, kesaksian orang lain, panca indra/pengalaman, akal pikiran dan intuisi pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Azizah Abu Azmi., Bagaimana Berfikir Islami Cet. II; IKAPI, 2001

Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta : Surya Cipta Aksara, 1995

Dr. Muhammah Yasir Nasution, Manusia Menurut al-Gazali, Cet. I; Jakatra : CV. Rajawali, 1988.

Suriasumantri Jujun., Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Cet. XVI; Jakarta : PT. Total Grafika Indonesia, 2003.

Soetriono dan SRDm Rita Hanafie., Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Cet. I; Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2007.

Suhartono Suparlan, Dasar-dasar Filsafat, Cet. III; Jogjakarta : Ar-Ruzz Media,