RETORIKA DAKWAH
Oleh : Mustanan
A. Pendahuluan
Dakwah yang secara terminology adalah menyeruh manusia ke jalan Allah dengan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk merubah sasaran dakwah agar bersediah masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami. Proses yang berkesinambungan adalah adalah proses yang bukan insidental atau kebetulan melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dakwah harus tampil secara actual, factual dan kontekstual. Actual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Factual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu dalam menjalankan aktivitas dakwah perlu dirancang dengan sebuah metode yang jitu.
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kenyataan bahwa tata cara memberikan sesuatu lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu sendiri. Semangkok kopi pahit dan sepotong ubi goreng yang disajikan dengan cara sopan, ramah dan tanpa sikap yang dibuat-buat akan terasah lebih enak disantap daripada seporsi makanan lezat, mewah dan mahal harganya, tetapi disajikan dengan cara kurang ajar tidak sopan dan menyakitkan hati orang yang menerimanya. Gambaran tersebut di atas memberi arti bahwa cara atau metode lebih penting dari materi atau dalam syair arab dikatan : الطّريقة احم من المدة . ungkapan tersebut sangat relevan dengan kegiatan dakwah. Tanpa ketepatan metode, keakuratan cara, kegiatan dakwah akan terjerumus kedalam upaya “arang habis, besi binasa”. Kegiatan dakwah tidak akan berputar dalam pemecahan problema tanpa solusi dan tidak jelas ujung pangkal penyelesainnya.
Salah satu metode yang dapat memudahkan objek dakwah (mad’u) menerima atau gagasan serta argumentasi yang kita keluarkan adalah “Retorika”. Retorika adalah gaya atau seni berbicara, baik yang dicapai berdasarkan bakat yang alami (talenta), maupun yang dicapai melalui latihan atau keterampilan teknis. Titik tolak retorika adalah berbicara, berbicara adalah mengungkapkan kata atau kalimat. Retorika adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, kesenian dan kesanggupan berbicara. Retorika berarti tempat yang tepat, waktu yang tepat mengucapkan kata-kata yang berkesan dan efektif. Dalam konteks ini pepatah mengatakan “orang yang menembak banyak belum tentu seorang penembak yang baik, orang yang bicara banyak belum tentu seorang pembicara yang baik.” Oleh karena itu the greather speaker adalah orang yang mampu berbicara mengesankan, padat makna dan mempunyai efek (efektif) sehingga pendengar terkesima dan mau menerima ide dan gagasan yang kita tawarkan.
B. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Retorika
1. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Retorika
a. Otoritas (curriculum vitae)
b. Good sence (gagasan yang dikemukakan)
c. Good character (sikap yang baik/treck record)
d. Good will (membicarakan kepentingan objek)
2. Faktor yang Memengaruhi Kegagalan Retorika
a. Stage Fright (deman panggung/nervous)
b. Speech enxiety (kecemasan berbicara)
c. Ferpomance stress (stres karena penampilan)
Penyakit-penyakit tersebut di atas bisa menjadi penyebab gagalnya pembicara dalam menyampaikan pesannya. Penyakit tersebut bukan termasuk penyakit yang ganas akan tetapi bisa menyebabkan orang akan kehilngan kesadaran (pingsan). Penyakit tersebut bisa diatasi dengan terapi, yaitu :
a. Terapi jangka panjang
1) Persiapkan serta kuasai bahan dengan matang
2) Cari gua atau tempat yang sepi baru latihan (gladi kotor)
3) Latihan di depan cermin dalam kamar (gladi bersih)
b. Terapi jangka pendek
1) Tarik napas secara perlahan-lahan.
2) Minum air putih.
3) Kepalkan tangan atau pegang benda keras.
4) Baca do’a kelancaran berbicara.
C. Cara Membuka dan Menutup Pidato
Dalam menyampaikan pesan dalam pidato atau ceramah ada bebrapa fase yang harus dilalui yaitu :
1. Fase attention (perhatian). Fase ini merupakan fase pembuka dalam berpidato. Dalam fase ini pembicara harus mampu menarik perhatian audiens.
2. Fase interest (kepentingan). Fase ini merupakan inti dari pembicaraan di mana pembicara harus mampu menyampaikan inti dari pesan yang dibawahnya. Oleh karena itu pembicara harus berbicara dengan tenang dan sewaktu-waktu berhenti sejenak serta memberikan penekanan pada hal-hal yang dianggap penting.
3. Fase desire (merindukan). Pase ini merupakan fase penutup. Dalam fase ini seorang pembicara harus mampu mendorong audeins untuk bertindak sesuai dengan alternative yang dianjurkan serta berusaha agar audeiens selalu rindu ingin mendengarkan pidatonya lagi.
Untuk mampu melalui fase-fase tersebut di atas dengan berhasil maka, pembicara harus jeli dalam membuka dan menutup pidatonya. Adapun cara-cara jitu dalam menutup dan membuka pidato adalah sebagai berikut :
1. Cara membuka pidato
a. Langsung menyebutkan pokok persoalan
b. Melukiskan latar belakang masalah
c. Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir yang menjadi pusat perhatian audiens.
d. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperungati.
e. Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato.
f. Menghubungkan dengan sejarah yang terjadi di masa lalu.
g. Mengisahkan cerita factual, fiktif atau situasi hipotesis.
h. Membuat humor.
2. Cara menutup pidato
a. Mengemukakan atau menyimpulkan ikhtisar pembicaraan.
b. Mendorong khalayak untuk bertindak (appeal for action)
c. Mengatakan kutipan sajak, pribahasa dan ucapat ahli.
d. Membuat pernyataan yang humoris atau anekdok lucu.
e. Mengakhiri dengan klimaks.
Wallahu a’alam Bisshawab
RETORIKA DA'WAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar