PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA SETELAH KEMERDEKAAN
(Berdirinya Nahdlatul Ulama sebagai Lembaga Pendidikan Islam)
Oleh: KETUA IPNU KAB. BARRU
I. PENDAHULUAN
Pendidiakan islam di indonesia telah berlangsung sejak masuknya islam ke Indonesia (sekitar abad ke-7 masehi). Pada tahap awal pendidikan Islam dimuai dengam kontak pribadi maupn kolektif anatara muballig (pendidik) dengan peserta didiknya. Setalah kkomunitas muslim terbentuk di suau daerah, maka mulailah mereka membangun masjid. Masjid difungsikan sebagai tempat ibadah dan pendidikan. masjid merupakan lembaga pendidikan islam yang pertama muncul di samping rumah kediaman ulama atau muballig. Setelah itu muncullah tempat-tempat pendidikan lainnya seperti pesantren, daya, surau dan berabagai nama yang lain. Nama-nama tersebut meskipun berbeda namun hakikatnya sama yaitu sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan agama. Perbadaan nama adalah dipengaruhi oleh perbadaan tempat. Istilah pesantren popular bagi masyarakat Islam di Jawa, Rangkang, Daya di Aceh, dan surau di Sumatra Barat.
Inti dari materi pendidIkan pada masa awal tersebut adalah ilmu-ilmu agama yang dikonsentrasikan dengan membaca kitab-kitab klasik. Kitab-kitak klasik menjadi ukuran bagi tinggi rendahnya agama seseorang. Namun pla pendidikan islam di Indonesia tersebut mengalami perubahan yang signifikan setelah Belanda menduduki Indonesia pada abad ke-18 M. pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, pendidikan islam diawasi dan dikontrol sangat ketat. Slah satu cara dipakai oleh Belanda adalah menerapkan kebijakan ordinasi. Dengan adanya kebijakan ini, guru-guru pendidikan Agama Islam kehilangan kesempatan mengajar karena aturan yang dibuat oleh pemerintah Belanda.
Akibat eksploitasi politik pemerintah belanda tersebut mendorong tumbuhya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme sebagai respon terhadap kepincangan-kepincangan yang ada dikalangan masyarakat Indonesia. Langkah tersebut adalah kesadaran berorganisi. Dengan sendirinya kesadaran berorganisasi yang dijiwai dengan perasaan nasionalisme yang tinggi menimbulkan perkembangan dan era baru di lapangan pendidikan dan pengajaran di Indonesia.
Kesadaran berorganisasi oleh para tokoh nasional pada saat itu menyebabkan lahirnya berbagai organisasi termasuk organisasi Islam untuk menentang imprealisme penjajah. Salah satu diantara organisai islam tersebut adalah Nahdalatul Ulama. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan maka peran organisasi islam tersebut semakin berarti dalam mengembangkan pendidikan islam di Indonesia. Hal inilah yang sangat urgen untuk dikaji lebih mendalam untuk mengetahui peranan organisasi khusunya Nahdalatul Ulama dalam merekontruksi pendidikan Islam di Indonesia.
A. Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama
Nahdatul Ulama yang berarti kebangkitan ulama merupakan perkumpulan umat Islam yang didirikan pada tanggal 16 rajab 1344 H. bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M. Dan mendapatkan pengesahan dari Gubernur Hindia Belanda dengan nomor keputusan 23 tanggal 6 Pebruari 1930.
Pada saat Ibnu Su’ud dengan aliran Wahhabiyahnya menaklukkan Mekkah dan Madinah dari tangan Syarif Husin, penguasa baru ini mengadakan suatu perubahan secara radikal dalam bidang syariat, dengan menerapkan mazhab Ahmad bin Hambal secara ketat sesuai dengan konsepsi Wahhabiyah. Hal semacam ini menimbulkan kecemasan di kalangan ulama-ulama termasuk ulama Indonesia, karena para ulama tersebut telah mengalami dan mengetahui bahwa penguasa sebelumnya telah memberikan keleluasaan syariat atas dasar mazhab yang empat.
Dengan kondisi seperti tersebut di atas, maka pada tanggal 16 rajab 1344 di rumah H. Wahhab Hasbullah di Kertopaten Surabaya diadakan rapar, yang dihadiri oleh beberapa Kiyai, antara lain; K.H. Hasyim Asy’ari dari Jombang, K.H. R. Asnawi dari Kudus, K.H. Ridlwan dari Semarang, K.H. Nawawi dari Pasuruan, K.H. Nahrawi dari Malang, K.H. Doro Munthaha dari Madura, K.H. Abdullah Faqih dari Gresik, dengan mengambil keputusan sebagai berikut:
Pertama; Mengirim utusan ulama Indonesia ke Kongres Dunia Islam di Mekkah, dengan tugas memperjuangkan hokum-hukum ibadah dalam mazhab empat. Kedua; Membentuk suatu organisasi atau jamiyah yang akan mengirim utusan tersebut, Jamiyah mana atas usul K.H. Alwi Abdul Aziz diberi nama Nahdlatul Ulama.
Menindak lanjuti keputusan tersebut di atas, maka diutuslah K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan Syekh Ahmad Ganaim al-Misri untuk menghadap raja Su’ud dengan membawa hasil yang memuaskan. Hal ini terbukti dengan terbitnya surat dari Pemerintah Saudi Arabia kepada Pengurus Nahdlatul Ulama, dengan nomor 2082 tanggal 13 Juni 1928 tentang jaminan dan kebebasan umat Islam untuk menjalankan ibadah menurut mazhabnya masing-masing.
Adapun susunan pengurus Nahdhatul Ulama yang pertama pada awal berdirinya sebagai berikut:
Rois Akbar : Hadratus Syekh K.H. Hasyim Asy’ari
Wakil rois : K.H. Said bin Saleh
Katib Awwal : K.H. Abdul Wahab Hasbullah
Khatib Tsani : K.H. Alwi Abdul Aziz
A’wan : 1. K.H. Abdul Halim Lauwimunding
2. K.H. Ridwan (Pencipta Lambang NU)
3. K.H. Bisri Sansoeri,Denayar Jombang
4. K.H. Said
5. K.H. Abdullah Ubaid, Surabaya
6. K.H. Nahrowi Thahir, Malang.
7. K.H. Amin, Surabaya
8. K.H. Khalil Mashyuri, Saditan Lasem
Mustasyar : 1. K.H. Asnawi dari Kudus
2. K.H. Ridwan dari Jombang
3. K.H. Nawawi dari Sidogiri
4. K.H. Doro Muntoho dari Bengkalan
5. K.H. Ahmad Ghanaim Al-Misri
6. K.H. Hambali dari Kudus
Tanfiziyah :
Ketua : H. Hasan Gipo.
Penulis : M. Sadik alias Sugeng Yudhowiryo.
Bendahara : H. Burhan
Komisaris-Komisaris : 1. H. Saleh Samil
2. H. Ihsan
3. H. Nawawi
4. H. Dahlan Abdul Qahar
5. Mas Mangun.
Demikianlah Nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 16 rajab 1344 YH. Atau 31 Januari 1926 M. dan empat tahun kemudian lahirlah surat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 6 Pebruari 1930 yang ditanda tangani oleh De Algemene Secretaris G. R. Erdbrink. Organisasi Nahdlatul Ulama didirikan dengan tujuan untuk melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah dengan memegang teguh salah satu dari mahzab imam yang empat, yaitu Syafi’I, Maliki, Hambali, dan Hanafi. Bahkan dalam anggaran dasarnya yang pertama (1927) dinyatakan bahwa organisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah satu madzhab yang empat tersebut. selain tujuan tersebut Nahdlatul Ulama juga mempunyai tujuan mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan ummat.
Nahdlatul ulama mendasarkan paham keagamaannya kepada sumber ajaran Islam: al-Qur’an, as-Sunnah, al-Ijma (kesepakatn para sahabat dan ulama) dan al-Qiyas (analogi). Dalam memahami dan menafsirkan islam dari sumbernya di atas Nahdlatul ulama menggunakan jalan pendekatan mahzab yaitu:
1. Dalam bidang aqidah, Nahdlatul ulama mengikuti paham ahlussunnah wal jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abu Hasan al-Asyari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi.
2. Dalam bidang fiqih, Nahdlatul ulamamengikuti jalan pendekatan (madzhab)salah satu dari madzhab Imam Abu Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muahammad bin Idris as-Syafi’I, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
3. Dalam bidang tasawuf mengikuti antara lain Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam al-Gazali , serta imam-imam sufi yang lain.
Dalam pendekatan dakwanya Nahdlatul ulamalebih banyak mengikuti dakwah model walisongo, yaitu menyesuaikan dengan budaya masyarakat setempat dan tidak mengandalakn kekerasan. Budaya yang berasal dari suatu daerah ketika Islam belum datang, bila tidak bertentangan dengan agama akan terus dikembangkan dan dipertahankan.
Secara garis besar, pendekatan kemasyarakatan NU dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Tawasuth dan I’tidal, yaitu sikap moderat yang berpijak pada prinsip keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk yang tatharruf (ekstrim)
2. Tasmuh, yaitu sikap toleran yang berintikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat.
3. Tawazun, yaitusikap seimbang dalam berhidmat demi teciptanyakeserasian hubungan antara sesam umat manusia dengan Allah swt.
Perinsip dakwah yang dilakukan oleh Nahdlatul ulama yang sama dengan model dakwah yang pernah dilakukan oleh walisongo, maka Nahdlatul ulama dikenal sebagai pelopor kelompok islam moderat. Kehadirannya bisa diterima oleh semua kelompok masyarakat. Bahkan sering berperan sebagai perekekat bangsa.
B. Peranan Nahdlatul Ulama dalam Perkembangan Pedidikan di Indonesia
Peranan Nahdlatul ulama dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia tidakal sedikit. Bahkan Nahdlatul ulama dianggap sebagai perkumpulan sosial yang mementingkan pendidikan dan pengajaran Islam. Oleh karena itu Nahdlatul ulama mendirikan beberapa madrasah di tiap-tiap cabang dan ranting untuk mempertinggi nilai kecerdasan masyarakat Islam dan mempertinggi nilai budi pekerti mereka. Sejak masa pemerinatahan Belanda dan penjajahan Jepang Nahdlatul ulama tetap memajuak pesantren, dan madrasah-madrasah, serta mengadakan tabligh-tabligh begitupula pengajian-pengejian di samping urusan sosial yang lain, bahkan juga urusan politik yang dapat dilaksanakannya pada masa itu.
Pada akhir tahun 1356 H. (1938 M.) komisi perguruan Nahdlatul ulama telah dapat mengeluarkan reglement tentang susunan madrasah-madarsah Nahdlatul ulamayang harus dijalankan mulai tanggal 2 Muharram 1357 H. susunan madrasah-madasah umum Nahdlatul ulama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Madrasah awaliyah lama belajar dua tahun.
2. Madrasah Tsanawiyah, lama belajar tiga tahun.
3. Madrasah Mu’allimin Wusta, lama belajar dua tahun.
4. Madrasah Mu’allimin ‘Ulya, lama belajar tiga tahun.
Tentang kurikulum madrasah-madarasah tersebut harus menurut ketentuan pengurus besar Nahdlatul ulama bagian pendidikan.
Setelah Indonesia memperoklamirkan kemerdekaannya 17 agustus 1945, maka Nahdlatul ulama tampil ke muka dengan resolusi jihadnya pada tanggal 22 oktober 1945. Isinya mengajak umat Islam mempertahankan tanah air Indonesia yang telah merdeka. Dalam resolosi itu ditetapkan bahwa, hokum jihad untuk mempertahankan tanah air Indonesia adalah, adalah fardhu ‘ain, yaitu tiap-tiap muslim wajib berjihad dimana saja mereka berada.
Seiring dengan perkembangan politik Indonesia yang semakin berkembang maka lewat muktamar Nahdlatul ulama ke-19 di Palembang pada tahun 1952, Nahdlatul ulama menjadi partai politik. Sejak itu perjuangan Nahdlatul ulama dalam dunia pendidikan sedikit meredup karena disibukkan dengan politik praktis. Namun hal tersebut tidaklah berlangsung lama, karena seja tahun 1973, pemerintah orde baru menertibkan partai-partai peserta pemilu. Partai-partai yang berazas nasionalis dilebur ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI), sedangkan partai-parati yang berasas Islam dilebur kedalam Partai persatuan pemabngunan. Oleh karena itulah pada muktamar Nahdlatul ulama ke-27 tahun 1984 di situbondo Nahdlatul ulama memasuki babak baru. Setelah malang melintang di dunia politik praktis selama 32 tahun, Nahdlatul ulama kembali ke jati dirinya. Peristiwa itu dikenal dengan istilah kembali ke khitthah 1926. Sejak saat itu Nahdlatul ulama telah melepaskan diri dari poltik praktis dan kembali ke jami’iyyah diniyah yang mengurusi dakwah dan pendidikan.
Sejak masa itu Nahdlatul ulama kembali gencar melakukan pengembangan pendidikan. salah satu lasngkah yang dilakukan adalah dengan membentuk sebuah badan khusus yang mengelola bidang pendidikan yang dinamakan al-Ma’rif yang bertugas untuk membuat perundang-undangan dan program pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Nahdlatul ulama. Dalam salah satu keputusan dari suatu konfrensi besar al-Ma’rif Nahdlatul ulama seluruh Indonesia yang berlangsung pada tanggal 23-26 Pebruari 1954, ditetapkan susunan sekolah/madrasah Nahdlatul ulama, yaitu sebagai berikut:
1. Raudatul atfal (taman kanak-kank) lamanya dua tahun.
2. SR (sekolah rendah)/ sekarang SD, lamanya enam tahun.
3. SMP Nahdlatul ulama lamanya tiga tahun.
4. SMA Nahdlatul ulama lamanya tiga tahun.
5. SGB Nahdlatul ulama lamanya empat tahun.
6. SGA Nahdlatul ulama (SPG Sekarang) lamanya tiga tahun.
7. MMP Nahdlatul ulama (Madrasah Menengah Pertama) lamanya tiga tahun.
8. MMA Nahdlatul ulama(Madrasah Menegah Atas) lamanya tiga tahun.
Susunan madrasah/sekolah Nahdlatul ulama sekarang sudah mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan. Demikian pula dengan nama madrasah/sekolah sudah banyak menggunakan nama tokoh-tokoh Nahdlatul ulama seperti K.H. Hasyim Asyari, K.H. Wahid Hasyim, serta berbagai nama lai. Nahdlatul ulama kini telah tersebar kesuluh peosok Indonesia.
LAHIRNYA NAHDLATUL ULAMA SEBAGAI ORMAS ISLAM MODERAT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
pernah dergar okh abdul Aziz datok seri paduka dari mesjid istikal indonesia. tolong beri informasi nya
mantap... thanks atas blogx.... share dngan blog saya ya....
Posting Komentar