Oleh: Mustanan
I. PENDAHULUAN
Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia (sekitar abad ke-7 masehi). Pada tahap awal pendidikan Islam dimuai dengan pembangunan masjid. Masjid difungsikan sebagai tempat ibadah dan pendidikan. masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama muncul di samping rumah kediaman ulama atau muballig. Setelah itu muncullah tempat-tempat pendidikan lainnya seperti Pesantren, Daya, Surau dan berabagai nama yang lain. Nama-nama tersebut meskipun berbeda namun hakikatnya sama yaitu sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan agama.
Perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia hingga sekarang ini telah melalui tiga periodesasi. Pertama, periode awal sejak kedatangan Islam yang ditandai dengan pendidikan Islam yang terkonsentrasi di pesantren, daya, surau atau masjid. Kedua, adalah periode ketika pendidikan Islam telah dimasuki oleh ide-ide pembaruan pemikiran Islam pada awal abad ke-20. Periode ini ditandai dengan lahirnya madrasah yang telah memasukkan mata pelajaran umum kedalam program kurikulumnya. Ketiga, adalah periode dimana telah lahir pergurun tinggi islam Negeri dan pendidikan Islam telah terintegrasi ke dalam system pedidikan nasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan Islam semakin memperlihatkan dinamikanya sejak Indonesia merdeka.
Lahirnya perguruan tinggi Islam merupakan sebuah terobosan yang luar biasa, karena lembaga pendidikan tinggi islam inlah yang kemudian melahirkan sejumlah ilmuwan-ilmuwan Islam modern. Sebenarnya ide pendirian perguruan tinggi Islam sudah muncul sebelum Indonesia merdeka. Namun diantara sekian banyak ide untuk mendirikan perguruan tinggi Islam pada masa penjajahan hampir dikatakan gagal tidak mebuahkan hasil karena tidak bertahan lama, kecuali sekolah tinggi Islam yang dibentuk oleh masyumi. Nanti setelah Indonesia merdeka barulah lahir Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTAIN) yang kemudian berkembang menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
Sampai saat sekarang ini konsentrasi IAIN adalah pengembangan ilmu-ilmu agama. Menyikapi era global dengan tuntutan yang semakin berkembang serta cita-cita untuk mengintegrasikan ilmu yang tergolong perennial knowledge dengan ilmu yang tergolong ecquired knowledge, maka muncullah ide untuk mengembangkan lagi IAIN menjadi Universitas sehingg lahirlah Universitas Islam Negeri (IAIN). Sejarah perkembangan IAIN ini merupakan suatu kajian yang sangat menarik untuk ditelusuri yang selanjutnya akan diuraikan dalam makalah ini.
A. Sejarah Lahirnya IAIN
Hasrat umat Islam untuk mendirikan pendidikan tinggi Islam sudah ditintis sejak zaman kolonial belanda. M. Nasir, menulis dalam capita selecta bahwa keinginan untuk mendirikan pendidikan tinggi Islam itu sudah lama muncul di hati umat Islam. M. Nasir menyebutkan bahwa Satiman Wirjosandjojo telah menulis artikel dalam pedoman masyarakat (PM) membentangkan cita-citanya yang mulia akan mendirikan satu sekolah tinggi Islam yang terpusat di tiga tempat yakni di Jakarta, Solo dan Surabaya. Di Jakarta akan dibangun sekolah tinggi sebagai bagian atas sekolah menengah Muhammadiyah (AMS) yang bersifat Westerch (kebaratan). Di Solo akan di dirikan sekolah tinggi untuk mendidik Muballighin. Di Surabya akan diadakan sekolah tinggi yang akan menerima orang-orang pesantren. Walaupun yang diungkapkan itu masih dalam bentuk ide, belum menjadi kenyataan, namun semangat untuk mendirikan perguruan tingi Islam merupakan ide yang brilian.
Usaha Satiman Wirjosandjojo untuk medirikan pesantren luhur pada tahun 1938 sebagai pusat pendidikan Islam selalu mengalami kegagalan karena intervensi penjajah Belanda. Pada tahun 1940 persatuan Guru Agama Isalam (PGAI) di Padang mendirikan Sekolah Islam Tinggi (SIT) di Sumatra Barat walaupun hanya bertahan hingga tahun 1942 karena adanya pendudukan Jepang di Indonesia. Semangat untuk mendirikan Pendidikan Tinggi Islam juga tercantum Kongres II MIAI (Majelis A’la Indonesia) yang diadakan di Solo pada tanggal 2-7 Mei 1939. Dihadiri oleh 25 organisasi islam yang manjadi anggota MIAI. Dalam laporan kongres itu salah satu agenda pembahasannya adalah perguruan tinggi Islam, konres mendukung untuk dibentuknya perguruan tinggi Islam. Setelah selesai kongres selesai didirikanlah PTI di Solo yang dimulai dari tingkat menengah dengan nama IMS (Islamische Midilbare School). Akan tetapi, lembaga pendidikan ini ditutup pada tahun 1941 karena pecah perang dunia kedua.
Berdasarkan hal itu dapat dimaklumi bahwa umat islam sejak zaman kolonial Belanda telah memiliki cita-cita untuk mendirikan perguruan tinggi. Apalagi di kalangan pemerintah kolonial Belanda sudah lama berdirinya pendidikan tinggi, misalnya Sekolah Tinggi Teknik (technische Hoge School) didirikan tahun 1920 di Bandung, dan Sekolah Tinggi Hukum (Rechtskundige Hoge School) didirikan tahun 1920 di Jakarta, sekolah tinggi kedokteran (Geneeskundige Hoge School) berdiri tahun 1927 di Jakarta. Sudah dapat dipastikan dengan kebijakan pendidikan pemerintah kolonial Belanda telah membri keuntungan bagi bangsa karena yang menjadi mahasiswa di lembaga pendidikan tinggi yang didirikan pemerintah Belanda tersebut adalah masyarakat elit bangsa Indonesia. Keadaan inilah mendorong tokoh-tokoh pendidik Islam untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi.
Usaha untuk mendirikan terus bergelora di kalangan umat Islam. Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) merupakan gabungan dari organisasi-organisasi Islam, manjadi pelopor untuk mendirikan PTI.untuk itu pada bulan April 1945 diadakanlah rapat yang dihadiri oleh tokoh organisasi Islam yang menjadi anggota Masyumi. Dalam rapat itu hadirlah sejumlah tokoh Islam dan tokoh Nasonal seperti Mohammad Hatta, Muhammad Natsir, K.H. Wahid Hasyim, dan KH. Mas Mansyur. Tokoh-tokoh yang menhadiri siding ini dinilai cukup refresentatif, oleh karena itu keputusan yang diambil bisa mewakili aspirasi seluruh umat islam Indonesia.
Sidang tersebut memutuskan membentuk panitia perencana Sekolah Tinggi Islam (STI) yang diketuai oleh Moh. Hatta dan sekretarisnya M. Natsir. Akhirnya atas bantuan pemerintah Jepang Sekolah Tinggi Islam (STI) dibuka secara resmi di Jakarta pada tanggal 27 Rajab bertepatan dengan 8 Juli 1945 dibawah pimpinan Abdul Kahar Muzakkar. Peresmiannya dilakukan di kantor Imigrasi Pusat Gondangdia. Kurikulum yang dipakai adalah mencontoh Fakultas Ushuluddin al-Azhar Kairo Mesir. Setelah Indonesia merdeka yang berbarengan dengan itu tokoh-tokoh STI terlibat langsung dalam kancah perjuangan kemerdekaan RI. ketika muncul agresi Belanda untuk menjadikan Indonesia kembali sebagai Negara Sekolah Islam Tinggi (STI) di Jakarta terpaksa ditutup. Ketika itu ibukota Negara pindah dari Jakarta ke Yogyakarta, dengan pindahnya ibukota Negara RI, maka Sekolah Islam Tinggi (STI) pun ikut pindah.
Pada tanggal 10 April 1946 STI dibuka kembali di Jogyakarta dengan dihadiri oleh presiden Sukarno dan wakil presiden Moh. Hatta. Dalam acara tersebut Moh. Hatta menyampaikan pidato yang berjudul “sifat sekolah tinggi Islam”. Sedangkan KH. Madjid menyampaikan kuliah umum tentang tentang Ilmu Tauhid. Untuk lebih meningktakan efektifitas dan jangakaun STI maka muncullah ide untuk mengubah STI menjadi Universitas. Selanjutnya tanggal 22 Maret 1948 STI berubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) dengan mengembangkan empat pakultas yaitu fakultas Agama, fakultas hokum, fakultas ekonomi, dan fakultas pendidikan.
Secara formal pendirian lemabaga pendidikan tinggi Islam baru dapat direalisasikan oleh pemerintah pada tahun 1950 dengan peraturan pemerintah No. 37/1950 dengan menegrikan fakultas Agama UII menjadi Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTAIN) dipimpin oleh KH. Muhammad Adnan dengan tiga jurusan yaitu, tarbiyah, Qadha, dan Dakwah. Tidak lama berselang pemerintah juga mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta tepatnya tanggal 1 Juni 1957 sebagai lembaga yang mendidik dan menyiapkan pegawai negeri dengan kemampuan akademik dan seni akademik tingkat diploma sebagai guru Agama di SLTP.
Selama satu dekade, jumlah mahasiswa PTAIN semakin banyak. Mahasiswanya tidak hanya datang dari seluruh tanah air tetapi juga dari Negara tetangga Malaysia. Berdasarkan perkembangan-perkembangan itu dan pertimbangan-pertimbangan lain yang bersifat akademis, pada tanggal 24 Agustus 1960 Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1960 yang menggabungkan PTAIN dan ADIA dengan nama baru yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. PTAIN Yogyakarta diubah menjadi fakultas Ushuluddin dan Fakultas Syariah dan Tarbiyah dan ADIA di Jakarta menjadi fakultas Tarbiyah dan Adab. Sejak saat itulah secara berturut dibeberapa wilayah Provinsi Indonesia berdiri IAIN sebagai sarana bagi masyarakat muslim untuk mendapatkan pendidikan tinggi dalam bidang Islam.
Untuk mengakomodasi perkembangan IAIN di daerah-daerah maka dikeluarkan peraturan-peraturan presiden nomor 963 sebagai pengganti Peraturan Presiden Nomor 11 tahun 1960 yang memungkinkan terbentuknya IAIN di daerah-daerah diluar Yogyakarta dan Jakarta. Menurut peraturan yang baru itu sekurang-kurangnya tiga jenis fakultas dapat digabungkan menjadi IAIN. Dengan adanya peraturan itu maka bermunculanlah beberapa IAIN di luar Jakarta dan Yogyakarta. Sampai dengan tahun 1973 tercatat ada 14 buah IAIN di seluruh Indonesia.
Menyikapi era global dengan tuntutan yang semakin berkembang serta cita-cita untuk mengintegrasikan ilmu yang tergolong perennial knowledge dengan ilmu yang tergolong acquired knowledge maka Keempat belas IAIN dalam perkembangan berikutnya sebagian telah berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Sampai sekarang sejak tahun 2002 telah ada enam IAIN yang berubah menjadi UIN yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Malang, UIN Syarif Qasim Pekan Baru, UIN sunan Guung Jati Bandung dan UIN Alauddin Makassar. Dengan adanya UIN maka pengembangan ilmu pun menjadi bervariasi pula. Melihat tuntutan perkembangan zaman maka pengembangan keilmuwan tidak lagi hanya pada itu tidak lagi hanya terbatas pada ilmu agama saja, akan tetapi semakin kuat munculnya tuntutan kebutuhan pengembangan yang bervariasi. Berdasarkan hal tersebutlah maka kehadiran Universitas Islam Negeri adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan saat sekarang ini.
Melihat sejarah IAIN yang dipaparkan secara singkat tersebut tamapak bahwa IAIN merupakan lembaga pendidikan agama yang diarahkan untuk mencetak intelektual-intelektual muslim . studi Islam merupakan wilayah kajian IAIN dari sejak lembaga ini berdiri sampai saat ini. Di satu sisi, kuatnya studi islam di IAIN menjadi menjadi cirri kha tersendiri lembaga pendidikan ini. Namun di sisi lain hal itu telah memunculkan persepsi dikalanag masyarakat muslim bahwa IAIN lebih merupakan lembaga agama bahkan lembaga dakwah daripada lembaga akademik.
B. Peranan IAIN dalam Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dalam rangka memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat di dalam mendorong dan mengembalikan perubahan sosial dalam proses pembengunan nasional melahirkan kader-kader (tenaga sarjana) yang ahli dibidang Ushuluddin, Syariah, Tarbiyah, dakwah dan Adab. Kader-kader inilah yang akan mewujudkan fungsi dan peranan agama dalam mengendalikan. Mendorong, dan mengarahkan perubahan sosial dalam proses pembangunan nasional melalui berbagai kesempatan pengabdian masyarakat yang dilakukan secara organisatoris maupun individualis.
Kebijakan yang ditempuh IAIN dalam melakukan pengabdian masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat seta fungsi dan peranan agama dalam mendorong dan mengendalikan perubahan sosial seperti tersebut dahulu, antara lain berbagai kegiatan. Fungsi dan peran yang dilakukan oleh IAIN sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, yaitu:
1. IAIN setiap tahun mencetak sarjana-sarjana yang berkualifikasi kader ulama intelektual di bidang Agama Islam. Alumni ini kemudan akan mengintegrasikan dirinya dalam semua lapangan di pemerintah dan masyarakat sesuai dengan profesinya masing-masing dalam mewujudkan funsi dan peran agama dalam mendorong dan mengendalikan perubahan sosial.
2. IAIN melalui kegiatan-kegiatan penelitian, meneliti perkembangan dan perubahan masyarakat. Perubahan-perubahan yang timbul dimasyarakat sebagai akibat dari perubahan sosial dan pembangunan nasional, terutama yang mengguncangkan nilai-nilai yang telah dianut dan baku dalam masyarakat yang bersumberkan ajaran agama, dibahas, dan dicarikan solusinya di IAIN.
3. IAIN melalui kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswanya di setiap tahun, melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikandan penyuluhan masyarakat.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini disebut dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan KKN ini bertujuan untuk mengenalkan kenyataan hidup secara nyatadalam masyarakat desa dan untuk menggerakkan dinamika masyarakat di dalam kegiatan pembangunan nasional dan perubahan sosial yang terjadi melalui bahasa agama dengan memberikan bimbingan, pendidikan, dan penytuluhan kepada anggota masyarakat desa. Hasil pengalaman dari pelaksanaan ini dijadikan bahan studi (infut) untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agama dan mencari jalan penyempurna konsep pembangunan nasional yang akan datang.
Upaya perbaikan dan peningkatan mutu IAIN pada Mukti Ali menjadi Mentri Agama. Sebagai tokoh yang lama mengajar di IAIN Mukti Ali sangat mengetahui berbagai kelemahan yang dimiliki oleh IAIN. Menurutnya dan ini sering dipidatokan di berbagai pertemuan ada tiga kelemahan pokok IAIN yaitu;
a. Kekuarangan dalam system dan metode.
b. Kekuarangan dalam mental ilmu.
c. Kekurangan dalam penguasaan bahasa asing yaitu bahasa Arab dan Inggris.
Atas dasar berbagai kelemahan tersebutlah, maka diadakan berbagai perbaikan yang dituangkan dalam Garis-Garis Besar pembinaan IAIN yang meliputi tujuh bidang yaitu: organisasi, kurikulum, personil, materil, pembiayaan, penelitian dan kemahasiwaan. Upaya perbaikan lainnya yang dilakukan pada masa Mukti Ali adalah dilaksanakan rasionalisai IAIN dengan cara phasing Out System bagi fakultas-fakultas cabang yang tidak memenuhi persyaratan akademik, berangsur-angsur dihapuskan kemudian disalurkan ke fakultas induk di ibu kota provinsi.
Peningkatan kualitas dosen juga dilaksanakan dengan cara melakukan pendidikan tambahan. Dimulai sejak tahun 1974/1975 di Jakarta dilaksanakan pelatihan penelitian agama (PLPA) dilatih selama lima bulan. Di Yogyakarta di buka pula Studi Purna Sarjana (SPS) selama Sembilan bulan. Program SPS ini berlangsung hingga Sembilan angkatan. Program Pascasarjana di IAIN dimulai dari IAIN syarif Hidayatulllah Jakarta pada tahun 1982 dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta satu tahun setelahnya. Karena semakin gencarnya tuntutan agar dosen-dosen IAIN ditingkatkan kualifikasinya dan juga semakin gencarnya tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan, maka IAIN di Indonesia di izinkan membuka program Strata Dua (S.2) dan Program Doktor (S.3). Lembaga pendidikan tinggi Islam IAIN samapai hari ini telah banyak mengeluarkan Magster dan Doktor dalam bidang Pemikiran Islam, Pendidikan Islam, Hukum Islam serta disiplin ilmu yang lain.
Perbaikan Kurikulum juga terus dilakukan, terakhir penyempurnaan kurikulum nasional pada tahun 1995 yang kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan Mentri Agama nomor 383 tahun 1997. Kurikulum inti (kurikulum nasional) berlaku untuk setiap IAIN dan kurikulum local diberlakukan khusus untuk IAIN setempat disesuaikan dengan kebutuhan local.kurikulum inti dibagi kepada tiga kategori yaitu: Mata Kuliah Umum (MKU), Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK), dan Mata Kuliah Kehlian (MKK). Setelah diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di IAIN sejak tahun 2000-an, maka kurikulumnya, mengacu kepada struktur yang diberlakukan untuk itu, yaitu Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Bekerja (MBK), Mata Kuliah Prilaku Berkarnya (MPB) dan Mata Kuliah Berkehidupan Masyarkat (MBB).
Berbagai perubahan kearah perbaikan di tubuh IAIN semakin membuktikan bahwa peran lembaga Pendidikan Tinggi Islam ini sudah sangat besar dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam undang-undang system pendidikan nasional.
Lampiran:
Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) termasuk yang telah berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) yang ada di Indonesia
No Nama / Lokasi Tahun Berdiri
1 IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1960
2 IAIN Syarif Hidayatulla Jakarta 1963
3 IAIN Ar-Raniry Banda Aceh 1963
4 IAIN Raden Fatah Palembang 1964
5 IAIN Antasari Banjarmasin 1964
6 IAIN Alauddin Makassar 1965
7 IAIN Sunan Anpel Surabaya 1965
8 IAIN Imam Bonjol Padang 1966
9 IAIN Sultan Thaha Saefuddin Jambi 1967
10 IAIN Sunan Gunung Jati Bandung 1968
11 IAIN Raden Intan Tanjung Karang 1968
12 IAIN Wali Songo Semarang 1970
13 IAIN Syarif Qosim Pekan Baru 1970
14 IAIN Sumatra Utara Medan 1973
LAHIRNYA IAIN SEBAGAI PERGURUAN TINGGI ISLAM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
thank sob!
www.sigli-net.blogspot.com
Posting Komentar